Selasa, 19 Desember 2017
Jumat, 05 Mei 2017
Proses Membuat keputusan ( Komunikasi Organisasi )
I.
Proses
membuat keputusan
Salah satu kegiatan yang paling penting dalam setiap organisasi adalah pengambilan keputusan,
dikarenakan keputusan melibatkan arah strategis organisasi,
yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari tiap pegawainya.
Setiap organisasi,
baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahan-perubahan
kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal
organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka
diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan
keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta
administrasi dapat berjalan terus dengan lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang
manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi
pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah,
evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan
yang terbaik.
Berbagai
pendekatan dalam mengambil keputusan, seperti dengan menggunakan
pendekatan rasional yaitu dengan cara menganalisis vareabel-vareabel terkait,
menggunakan metode tertentu, dengan tahapan yang jelas, dan dikerjakan
oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah mereka yang memiliki
kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat
dan menggunakannya. Dengan proses tersebut maka keputusan rasional mempunyai
tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan
mengapa suatu keputusan diambil. Dengan alasan tersebut maka para
pemimpin berupaya untuk berlomba-lomba mengambil keputusan dengan metode
rasional, yaitu dengan menggunakan berbagai metode analisis seperti SWOT, Cause
and Effect Analysis, Value Chain Analysis dan sebagainya.
Metode
pengambilan keputusan rasional memang merupakan metode yang diunggulkan oleh
berbagai pihak, namun hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya benar
dalam arti tidak dapat merubah situasi menjadi lebih baik atau
memberikan benefit seperti yang diharapkan, bahkan terdapat keputusan
yang merugikan. Ini dibuktikan dengan adanya organisasi yang merugi dan gulung
tikar. Dengan alasan tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa tidak selamanya
pengambilan keputusan rasional membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Ketidak berhasilan dalam pengambilan keputusan rasional tersebut disebabkan
adanya pra kondisi yang tidak dapat dipenuhi. Prakondisi tersebut adalah
(1) analisis harus dilakukan oleh profesional, (2) menggunakan metode
analisis yang tepat (3) didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini,
dan (4) tersedia cukup waktu.
Pengambilan
keputusan merupakan wilayah profesional, misalkan untuk memprediksi penyakit
yang akan timbul pada musim banjir, merupakan kewenangan para dokter, sedangkan
untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau adalah para ekonom, tentunya
dengan dibantu pihak terkait dalam mengumpulkan data. Dalam kehidupan
sehari-hari tidak semua pengambilan keputusan dilakukan oleh para profesional
karena keterbatasan kewenangan. Pada kasus tertentu, para profesioanal
terbatas untuk melakukan kegiatan-kegiatan mengidentifikasi dan
menganalisis masalah, memberikan alternatif solusi, dan menyiapkan
rekomendasi, sedangkan keputusan diambil oleh para pemimpin yang
bertanggung jawab dan berwenang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi,
rekomendasi hasil analisis tidak diterima. Ini membuktikan bahwa para
pemimpin disamping memperhatikan hasil analisis juga menggunakan cara lain
dalam mengambil keputusan seperti pada ilustrasi berikut. Dalam Robbins,
Joe Gracia, vice president suatu perusahaan telah pengambilan
keputusan untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik baru. Ia
merencanakan membangun pabrik baru untuk memproduksi komponen
elektronik satelit komunikasi di Atlanta. Untuk memutuskan lokasi tersebut,
ia menunjuk konsultan untuk melakukan kajian atas 5 alternatif
lokasi pabrik baru. Laporan hasil kajian menunjukkan bahwa Atlanta menduduki ranking
ke 3, sehingga Atlanta bukan lokasi yang direkomendasikan. Setelah
mempelajari dan mencermati laporan hasil kajian, ia
menyatakan tidak setuju dengan simpulan yang dihasilkan, dan mengatakan,
“meskipun direkomendasikan, saya berpendapat bahwa, angka, tidak dapat
menggambarkan situasi secara keseluruhan”. Selanjutnya, dengan
intuisinya ia mengatakan bahwa Atlanta akan terbukti menjadi lokasi
pabrik yang paling baik sepanjang masa.
Pra
kondisi ke dua adalah pemilihan metode analisis yang tepat merupakan syarat
mutlak dalam menganalisis. Jika metode analisis dianalogkan dengan alat,
misalnya alat potong, maka sebelum memotong suatu obyek, terlebih dahulu harus
dipilih alat potong yang tepat dan sesuai dengan obyek yang akan
dipotong. Kesalahan dalam memilih alat potong akan menyulitkan proses dalam
memotong dan mengurangi kualitas hasil. Misalnya untuk menebang pohon besar
akan dipilih senso sebagi alat potong, sehingga proses penebangan pohon
dapat efisien dengan hasil yang memuaskan, sedangkan jika akan memotong rumpun
cukup dengan menggunakan gunting. Mungkinkah memotong rumput dengan
senso, dan menebang pohon besar dengan gunting?. Begitu pula dalam
menganalisis, terlebih dahulu harus dipilih alat analisis yang sesuai dengan
obyek yang dianalisis. Analogi ini penting untuk menjelaskan bahwa
kesalahan pemilihan metode analisis akan berakibat fatal, yaitu kesulitan
dalam proses analisis dan pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang
salah. Sebagai contoh dalam menganalisis masalah-masalah makro dapat
digunakan analisis SWOT. Masalah makro banyak dipengaruhi oleh vareabel
eksternal, oleh karena itu harus dipilih alat analisis yang mencakup
dan cocok untuk menganalisis vareabel eksternal. Analisis
SWOT merupakan metode analisis dimana vareabel-vareabel dikelompokkan menjadi
dua yaitu vareabel internal terdiri dari S (Strengths), W (Weaknesses),
dan vareabel eksternal yaitu O (Opportunities), dan T (Threats).
Oleh karena analisis SWOT mencakup vareabel eksternal maka cocok diperguanakan
untuk menganalisis masalah makro.
Pra
kondisi berikutnya adalah data yang lengkap, akurat dan terkini. Praktek
di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan data sering tidak dapat
dipenuhi, atau mungkin terlalu banyak data yang tersedia tetapi tidak
terkait dengan permasalahan dan tidak diperlukan sehingga menyulitkan dalam
memilah antara data yang relevan dan tidak, antara data yang penting dan tidak,
dan antara data yang akurat dan tidak, padahal keputusan harus segera diambil.
Pra kondisi terakhir dalam pengambilan keputusan rasional adalah
tersedianya waktu yang cukup untuk (1) menentukan permasalahan riil
di lapangan, (2) mengidentifikasi masalah, (3) menganalisis masalah, (4)
membuat alternatif solusi, (5) memilih solusi terbaik, dan (6) membuat
analisis masalah potensial. Masing-masing tahapan tersebut cukup
memakan waktu panjang padahal keputusan harus segera diambil, dan jika tidak,
akan berdampak luas
II.
Model PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN
1.
Rasional
Pengambilan keputusan secara rasional, merupakan
sebuah keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan rasional atau
melakukan rasionalisasi dengan menggunakan logika atau pemikiran yang terpola.
Pengambilan keputusan secara rasional adalah memperhatikan konsistensi dan
memaksimalkan hasil yang seringkali terjadi dalam batasan-batasan yang spesifik
dengan melakukan analisa situasi dan
analisa keputusan. Proses pengambilan keputusan secara rasional memiliki
berbagai tahapan-tahapan. Yang pertama adalah mendefinisikan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian mengidentifikasinya
dengan melakukan klasifikasi atau penetapan kriteria-kriteria atau
batasan-batasan yang dihadapi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian diberikan
pembobotan, atau penetapan prioritas. Dari sini, kemudian kita bisa melakukan
pengembangan alternatif solusi atau keputusan apa yang akan diambil.
Masing-masing alternatif tersebut tentu perlu dievaluasi secara seksama untuk
kemudian dapat dipilih alternatif terbaik yang dapat memberikan hasil yang
paling maksimal dan optimal.
Nurt (1984) membahas model ini rasional dan logis keputusan sebagai metode normatif direkomendasikan untuk eksekutif di kebanyakan buku manajemen. Model normatif ini mencakup lima tahap:
I.Perumusan,
II.Pengembangan konsep,
III.
Merinci,
IV.
Evaluasi,
V.
Implementasi
2.
Alternatif Rasional
Model
March dan Simon (1958,1960) mereka percaya yang lebihrealistis dalam pengambilan keputusan yakni mengedepankan prosesdi manapencarian bukan untuk solusi optimal tunggal
tapi
untuk solusi yang akan bekerja cukup baik untuk menangani situasi.
Pengembangan alternatif. Pengambil keputusan jarang bersedia mengembangkan
alternatif baru dan unik. Pengambil keputusan
sering menghindari tugas-tugas sulit dan
mempertimbangkan alternatif untung ruginya.
Pengambil keputusan sering menyederhanakan pilihan keputusan,
dengan hanya membandingkan alternatif-alternatif yang sedikit
berbeda daripada mencari alternatif terbaru.
Pengambil keputusan tidak menguji secara seksama suatu alternatif
dan konsekuensinya.
3. Small Group
BA Fisher (1970), empat frase:
I.Orientasi :
kelompok anggota menjadi mengenal satu
samalain dan dengan masalah
II.konflik, :
kemungkinan solusi untukmasalah yang disajikan dan debutnya
III. Pemecahan masalah :
Tingkat konsensus munculnya pengambilan keputusan.
IV.Penguatan : Terkait penguatan keputusan
yang diambil.
4. Model Kognitif
Didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan sumber daya manusia. Model
ini mengusulkan bahwa PDM meningkatkan informasi aliran ke atas dan ke bawah
dalam organisasi. peningkatan arus informasi ke atas terletak pada pada gagasan
bahwa individu dekat dengan pekerjaan, semata untuk efisien menyelesaikan
pekerjaan.
Ilustrasi model kognitif
5. Pengaplikasian Partisipatif dalam organisasi
dan tempat kerja demokrasi
Partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat ditetapkan di tempat
kerja dengan berbagai cara. Seibold dan Shea (2001) dianggap lima jenis partisipasi program s sering digunakan oleh organisasi dan meninjau penelitian tentang efektivitas program ini. Cara
yang diterapkan sangat bervariasi dalam
hal tujuan mereka, tapi semua upaya untuk meningkatkan efektivitas organisasi yakni
melalui partisipasi. Dengan kata lain, Partisipasi dalam tempat kerja demokrasi didasarkan pada lebih dari expendiency-itu berdasarkan citacita humanistik tentang bagaimana individu harus terlibat dalam masyarakat. Partisipasi dalam organisasi semacamitu biasanya akan termasuk pengaruh sebenarnya pada berbagai macam proses organisasi dan isuisu dan demokrasi di semua tingkat organisasi
·
Pengaruh partisipasi dalam pengambilan
keputusan
Para peneliti tertarik pada faktor-faktor yang akan
onhance komitmen karyawan pada keputusan organisasi dan menemukan dukungan
untuk ther hipotesis bahwpartisipasi dalam keputusan organisasi akan membuat
karyawan kurang Resistans berubah.
Sejauh ini, kami telah meneliti proses pembuatan
keputusan bagaimana keputusan
Dibuat oleh individu dan kelompok-kelompok kecil kami dinding sekarang mempertimbangkan pertanyaan Membuat keputusan, dengan melihat teori volumenions dan penelitian tentang partisipasi dalam pengambilan keputusan (PDM) dan melihat interaksi akademi wook flashdisk demokrasi berkembang pertama kami membahas beberapa yang berdebar penelitian tentang kelompok dan efek propsed partisipasi
Dibuat oleh individu dan kelompok-kelompok kecil kami dinding sekarang mempertimbangkan pertanyaan Membuat keputusan, dengan melihat teori volumenions dan penelitian tentang partisipasi dalam pengambilan keputusan (PDM) dan melihat interaksi akademi wook flashdisk demokrasi berkembang pertama kami membahas beberapa yang berdebar penelitian tentang kelompok dan efek propsed partisipasi
·
Pengaruh partisipasi dalam pengambilan
keputusan
Studi besar pertama dari partisipasi dalam
pengambilan keputusan sebagai kas dilakukan
dan in1948 Perancis.
Para peneliti tertarik pada faktor-faktor yang akan onhance komitmen karyawan pada keputusan organisasi dan menemukan dukungan untuk ther hipotesis bahwa partisipasi dalam keputusan organisasi akan membuat karyawan kurang Resistans berubah.
Para peneliti tertarik pada faktor-faktor yang akan onhance komitmen karyawan pada keputusan organisasi dan menemukan dukungan untuk ther hipotesis bahwa partisipasi dalam keputusan organisasi akan membuat karyawan kurang Resistans berubah.
I. Di luar proses kelompok rasional
pakar telah meneliti tentang proses
pengambilan keputusan kelompok dan efektivitas telah menyebabkan sejumlah
Temuan impor, telah ada kritik dilontarkan terhadap pendekatan terstruktur dan rasional untuk pengambilan keputusan kelompok. Misalnya, pengambilan keputusan kelompok sastra telah dikritik dan untuk mengabaikan aspek sosial-emosional dan hubungan interaksi kelompok.
Temuan impor, telah ada kritik dilontarkan terhadap pendekatan terstruktur dan rasional untuk pengambilan keputusan kelompok. Misalnya, pengambilan keputusan kelompok sastra telah dikritik dan untuk mengabaikan aspek sosial-emosional dan hubungan interaksi kelompok.
Sementara model dari proses partisipasi menegaskan Mengikuti
kelanjutan efek PDM, penting untuk mempertimbangkan procecess ( proses ) bahwa
melalui PDM dapat menghasilkan hasil ( pengambilan keputusan ).
melalui PDM dapat menghasilkan hasil ( pengambilan keputusan ).
Model afektif partisipasi berdasarkan pada karya
hubungan manusia teori s (lihat
Bagian 3). Model ini poposes bahwa PDM adalah praktek organisasi harus memenuhi kebutuhan karyawan tingkat tinggi
Bagian 3). Model ini poposes bahwa PDM adalah praktek organisasi harus memenuhi kebutuhan karyawan tingkat tinggi
6. Pendekatan Dalam
Pengambilan keputusan Organisasi
Organisasi , nonaka dan takeuchi (1995) berpendapat
bahwa sistem sukses manajemen pengetahuan akan melakukan dua hal. pertama,
sistem sukses akan memungkinkan individu-individu dalam organisasi untuk
mengkonversi mereka diam-diam pengetahuan menjadi eksplisit tahu tepi yang
dapat berbagi dan digunakan dalam pengambilan keputusan organisasi dan operasi,
kedua, sukses sistem akan memungkinkan organisasi anggota untuk menemukan cara
untuk membuat condifiedknowledge bermakna setelah itu telah diambil dari
organisasi sistem, misalnya, pengetahuan manajemen mengenai layanan pelanggan
di sebuah restoran akan melibatkan statistik tentang restoran opeations dan
cerita-cerita dari pelayan tentang layanan pertemuan.
Iverson dan Mcphee (2002) berpendapat bahwa kebutuhan
untuk kedua jenis pengetahuan telah menyebabkan dua pendekatan yang berbeda
untuk proses manajemen pengetahuan.View melalui mana anggota organisasi dan
kelompok membuat keputusan. kami pertama kali dianggap sebagai beberapa model
procces membuat keputusan, tidak bahwa kebanyakan sarjana menolak gambaran ketat
rasional pengambilan keputusan demi modelsthat mencakup intuisi dan komponen
lainnya nonrational. Dalam hal ini terdapat 6 pendekatan untuk komunikasi organisasi kami telah
dibahas dalam buku ini. harus jelas bahwa model awal pengambilan keputusan kita
dianggap memiliki akar mereka dalam pendekatan klasik komunikasi organisasi.
rasional model pengambilan keputusan dan fase model kelompok kecil proccessing
asumsikan bahwa keputusan yang ideal dapat membuat jika pengambil keputusan
organisasi berhati-hati dalam mengikuti prosedur yang "benar".
Pendekatan
untuk keputusan - proses pembuatan
-Pendekatan
- bagaimana pengambilan keputusan akan dianggap
1. Klasik :
Pengambilan keputusan dianggap sebagai proses yang rasional dan logis.
penekanan pada prosedur melalui keputusan pembuat dapat menjangkau. solusi
optimal seefisien mungkin.
2. Hubungan manusia
: Parcitipation di procces pengambilan keputusan dianggap sebagai jalan
untuk kepuasan dari kebutuhan pekerja tingkat tinggi (kebutuhan e.g.,esteem dan
aktualisasi diri kebutuhan) puas pekerja akan menjadi lebih produktif.
3. Manusia resouces
: Paritipation dalam proses pengambilan keputusan dianggap sebagai jalan
untuk eliciting informasi berharga dari karyawan dan jawab memastikan
efektivitas pelaksanaan keputusan organisasi.
4. Sistem :
keputusan membuat dilihat sebagai procces kompleks yang melibatkan beberapa dan
bervariasi tahap. baik informasi dan anggota organisasi yang dilihat sebagai
bagian dari sistem manajemen pengetahuan.
5. Budaya :
pengambilan keputusan dipandang sebagai seperangkat praktek yang mencerminkan
dan merupakan nilai-nilai organisasi dan asumsi. konflik dalam pengambilan
keputusan dipandang sebagai mungkin indikasi dari nilai yang berbeda dalam
organisasi subkultur.
6. kritis: pengambilan keputusan dipandang sebagai
procces di mana manajemen dapat mengerahkan mengendalikan karyawan. Ketika
parcitipate karyawan dalam pengambilan keputusan, mereka menerima premies
keputusan organisasi dan berkontribusi hegemonik hubungan dalam organisasi.
Tradisi Teori Komunikasi menurut Little John
Pengertian
Tradisi Teori Komunikasi Menurut Little John
1.
Tradisi
Teori Sosiopsikologi
“ Anda bukanlah sebuah kelompok. Melainkan
bagian dari kajian Individu sebagai makhluk sosial yang merupakan Tujuan daro
sosiopsikologi. Berasal dari kajian Psikologi Sosial. Tradisi ini memiliki
tradisi yang kuat dalam komunikasi. Berfokus pada Perilaku Sosial Individu,
variebel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta
kognisi. “
2.
Tradisi
Teori Sibernetik
“
Tradisi Sistem-sistem yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi,
mempengaruhi satu sama lainnya. Menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis,
sosial dan perilaku bekerja. Komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian
atau variabel yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Membentuk serta
mengontrol karakter seluruh sistem dan layaknya organisme, menerima
keseimbangan dan perubahan.
3.
Tradisi
Teori Kritik
“
Pertanyaan-pertanyaan akan keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam
teori komunikasi dan merupakan tema dari tradisi kritik. Memahami sistem yang
sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan/Ideologi yang mendominasi
masyarakat dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur
kekuatan tersebut. “
4.
Tradisi
Teori Sosiokultural
“
Memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh : Paham interaksi simbolis,
sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi dan etnometologi, menekankan
pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam
mengeksplorasi hubungan sosial.
5.
Teori
Tradisi Retorika
“
Seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato kemudian berkembang sampai
meliputi proses adjusting Ideas to People
and People to Ideas dalam pesan. Mencakup segala cara manusia dalam
menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya serta
konseptualisasi proses saat menentukan makna dari simbol. Melalui Interpretasi,
respon terhadap fakta yang tidak mudah kita temukan pada apa yang telah ada.
Menciptakannya melalui penafsiran dari kategori yang digunakan.
Manajemen Media
I.
Manajemen Program Media TV
Manajemen
merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengkoordinasian (leading), dan
pengontrolan (controlling) sumber daya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, tak terkecuali
oleh sebuah institusi media. Serangkaian aktivitas tersebut dikelola oleh
sebuah sistem manajemen media.Manajemen media merupakan sebuah motor penggerak
sebuah perusahaan media dalam usaha mencapai tujuan bersama melalui
penyelenggaraan produksi media. Adapun tujuan utama sebuah perusahaan media.
Menurut Picard, manajemen media berfokus pada bagaimana sebuah industri media
mengalokasikan sumber daya yang ada untuk memproduksi konten yang informatif
dan menghibur sehingga dapat memenuhi kebutuhan khalayak, pengiklan, dan
institusi-institusi sosial lainnya.Terdapat 4 fungsi manajemen diantaranya
1. Planning
Dalam manajemen, Planning adalah proses
mengidentifikasi dan menentukan tujuan serta arah tindakan yang tepat. Terdapat
tiga tahapan dalam planning, yakni
I.)
Menetapkan
tujuan organisasi yang akan dicapai
II.)
Menentukan
arah tindakan yang akan dilakukan untuk meraih tujuan organisasi
III.)
Menyusun
cara untuk mengatur Sumber Daya Manusia dalam organisasi untuk mencapai
tujuannya
Apabila diterapkan dalam manajemen produksi program acara televisi,
planning termasuk dalam development,
yakni proses dimana ide-ide dibangun dan disusun menjadi sebuah rancangan
program, diteliti, dan direncanakan dalam bentuk audio visual atau dengan kata
lain sebuah proses dimana treatment, budget, dan pitch direncanakan sedemikian
rupa. Dalam manajemen produksi, planning merupakan proses yang sangat penting
karena disinilah perencanaan dari semua proses produksi dibuat secara matang.
2. Organizing
Organizing merupakan proses pembentukan struktur
hubungan kerja yang di dalamnya terjadi interaksi dan kerjasama antar anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap organizing meliputi
pembentukan struktur serta pengelompokan bagian-bagian, pembagian tugas, dan
pengelompokan pegawai sesuai dengan job description yang telah
ditentukan. Tahap ini merupakan tahap pre-production dalam manajemen
produksi program acara televisi dimana persiapan yang bersifat teknis dilakukan
oleh tim kerja yang telah terbentuk. Pre-production merupakan proses
dimana hasil perencanaan diaplikasikan dengan dilakukannya pemilihan lokasi dan
talent, penulisan naskah, pembuatan storyboard dan jadwal
produksi, serta pemilihan desain, properti, kostum, dan musik yang akan
digunakan. Ide yang telah dikembangkan dalam proses development dituangkan
ke dalam sebuah rundown program di dalam proses pre-production.
Semua hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi dibahas dalam sebuah rapat
produksi (production meeting) yang dihadiri oleh seluruh kerabat kerja
tim produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rundown yang telah dibuat
3. Leading
Dalam manajemen, leading merupakan
proses kegiatan pengaplikasian strategi yang telah direncanakan dalam tatanan struktur
yang telah terbentuk. Kegiatan ini merupakan kegiatan production dalam
manajemen produksi program acara televisi. Tahap production adalah
proses ketika shooting dilaksanakan sesuai dengan rancangan jadwal
produksi dan budget, bersama seorang director, presenter, talent,
dan kru-kru teknis lainnya yang telah dipilih dan diatur dalam proses pre-production.
Dalam proses ini, production manager merupakan penanggung jawab utama
akan aktivitas-aktivitas shooting dari hari ke hari. Production
manager bertugas untuk mengatur transportasi, akomodasi, konsumsi, kru yang
terlibat, peralatan, perlengkapan, dan budget. Production manager bertanggung
jawab langsung kepada produser dan bekerja sama dengan director. Selain
itu, production manager juga bekerja sama dengan production assistant,
lighting director, camera operator, sound recordist, gaffer,
floor director, runner, dan kru-kru lainnya yang dibutuhkan.
Program acara televisi dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, program acara
siaran langsung (live) yang terdiri atas dua kategori yakni siaran
langsung di dalam studio dan siaran langsung di luar studio. Kedua, program
acara siaran tidak langsung (taping) yang harus melewati proses rekaman
dan proses penyempurnaan (editing, mixing, dubbing, dsb.).
4. Controlling
Controlling adalah proses evaluasi dan
pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi
berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga fungsi manajemen
sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam
manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production
dimana proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan.
Dalam proses ini, pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut
dengan off-line editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik
disatukan sedemikian rupa. Setelah proses off-line editing selesai,
dilakukan proses akhir yang disebut dengan online editing dimana efek
dan sound mixing ditambahkan sehingga program dengan versi high-quality
siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan pada
program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada
program yang ditayangkan secara langsung (live). Controlling dalam Manajemen juga meliputi
proses evaluasi dan pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama
proses produksi berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga
fungsi manajemen sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam
manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production dimana
proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan. Dalam proses ini,
pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut dengan off-line
editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik disatukan sedemikian rupa.
Setelah proses off-line editing selesai, dilakukan proses akhir yang disebut
dengan online editing dimana efek dan sound mixing ditambahkan sehingga program
dengan versi high-quality siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan
pada program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada
program yang ditayangkan secara langsung (live).
II.
Bagan Manajemen Produksi Media
Televisi
Direktur Utama
Direktur Keuangan Direktur
Marketing Direktur Program Direktur Teknik
Finance Divisi Promo Divisi News Divisi Produksi Maintenance Support
Legal Producer Tecnical
Support
SDM Program Director IT Support
Accounting
Reporter Instalation
S.
Asset Cameraman SNG
Editor
Audioman
Lightingman
Switcherman
Art and Property
Makeup
and Wardrobe
Floor Director
A.
Dari
alur produksi manajemen tersebut, dari divisi Redaksi News maupun Produksi
langkah awal yakni produser bersama Tim Kreatif dan Produksi Assistance untuk
Menentukan materi program, pengisi program, lokasi, properti, kostum, dan make-up,
hingga menentukan detail konsep bersama
dengan output yakni Membuat script, rundown, dan storyboard Setelah itu Menentukan peralatan
teknis meliputi kamera, lighting, audio, dan peralatan teknis
lainnya. berdasarkan ide yang telah disepakati, kemudian Menentukan jadwal
produksi. Kemudian tahap “ Produksi “ bersama Tim- Produksi Lapangan seperti PD
, Reporter, Cameraman, Audioman, Lightingman, Switcherman, Art and Propertyman,
Floor Director Serta Makeup and Wardrobe yang melakukan koordinasi dengan
Produser dan Production Assistance saat tahap produksi berlangsung, Kemudian
setelah pengambilan gambar, konten dibawa Production Assistance ke bagian
Editing agar video disunting sedemikian rupa baik offline maupun online
·
Offline
Editing yakni Output Video biasanya dengan resolusi rendah dan hasil editing
dari Production Assistance masih dalam tahap preview kepada Produser.
·
Online
Editing yakni Output Video kualitas terbaik yang merupakan tahap akhir dalam
proses editing, yang siap ditayangkan.
·
KOORDINASI
-
Selain
melakukan rapat produksi dengan tim produksi yang meliputi producer,
production assistant, video journalist, dan reporter yang menyangkut
konsep acara, Koordinasi juga dilakukan Divisi Teknis yang mendukung seputar teknis
di lokasi yang melibatkan Tcnical Support, IT Support, serta Instalation
Support.
-
Tim
Produksi Saling koordinasi dengan divisi Programming, Pada televisi terdapat Divisi yang menentukan slot
tayang suatu program acara, secara teknis suatu bagian
yang paling penting, ibaratnya adalah
jantung dari suatu televisi, karena apa yang dijual dan diberikan pada
masyarakat adalah program.
Program yang
disajikan tersebut adalah ciri khas dan
kualitas stasiun televisi.
Stasiun
televisi swasta Indonesia sekarang ini memiliki strateginya tersendiri dalam
menentukan programming acaranya. Karena
setiap stasiun televisi
memiliki caranya tersendiri
dalam menentukan program unggulannya, selain itu juga setiap stasiun televisi
swasta biasanya akan membaca tren yang sedang disukai masyarakat dalam mengatur
penjadwalan programnya.
-
Mereview
kembali kebutuhan teknis produksi antara producer dengan production
assistant.
Membuat treatment,
budgeting, dan pitch yang dikoordinir Unit Produksi Manajer.
Melakukan brief-ing bersama
seluruh tim produksi dan pengisi acara yang terlibat me-ngenai script pro-gram
acara.
·
SHOOTING
(Live/Taping)
Melakukan produksi program acara sesuai dengan script.
·
EVALUASI
Producer dan
tim produksi melakukan rapat evaluasi program bersama direktur utama mengenai
rating dan share program
B.
Departement Programming pada media Televisi.
Pada divisi programming, tanggung
jawab dalam cakupan berikut :
I.
Orientasi Program.
II.
Kebijakan Program.
III.
Strategi Penyusunan Program.
IV.
Sumber Acara.
V.
Pola dan Format Acara.
VI.
Kontinuitas Acara.
VII.
Kualitas Acara.
VIII. Pengembangan Program.
Tujuan utama divisi programming pada
TV komersil adalah mengoptimalkan jumlah pemirsa dan memaksimalkan jumlah
revenue. Tugas divisi programming juga meliputi :
1.
Akuisisi Program
Atau dapat diartikan pembelian program, baik dari dalam maupun luar negeri
berbagai macam cara pembelian dapat dipilih seorang programmer yang bertugas
mengakuisisi program, dengan tujuan pembelian melingkupi aspek kualitas dan
komersil sebagai pemasukan untuk keuangan perusahaan televisi.
2.
Scheduling Program
Membuat jadwal penanyangan program dalam jangka waktu Mingguan – Bulanan -hingga
Tahunan. Dengan mempertimbangan ketersediaan audiens berdasarkan “Rating and
Share”, Daya Tarik, Pesaing, Peraturan Lembaga Negara, Peluang Komersial.
3.
Monitoring Program
Dengan menentukan program mana yang akan dikembangkan, diperbaiki,
berpindah jam tayang atau bahkan harus mengganti program yang lama. Dalam
mengawasi program ini, programmer melakukan penilaian dengan survey kuantitatif
maupun kualitatif terhadap program tertentu.
4.
Developing Program
Programmer akan bekerja sama dengan divisi produksi atau pemberitaan yang
membuat program. Dari menyarankan perbaikan dan penyempurnaan terhadap program.
Tentunya saran ini berdasarkan survey yang telah dilakukan ditahap monitoring
program.
I.
Strategi Programming.
Menurut
Head-Sterling (1982), menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki sejumlah
strategi dalam upaya menarik audien masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan menahan
audien yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadi
aliran audien keluar (outflow), yaitu :
1.
Head to Head
Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audien
yang tengah menonton program televisi saingan untuk pindah ke stasiun sendiri
dengan menyajikan program yang sama dengan televisi saingan itu. Contohnya
dalam jam yang sama, 2 stasiun televisi menayangkan program dengan format dan
genre yang sama juga.
Kasus : RCTI Sinetron Anugerah Cinta
vs SCTV Sinetron Pangeran 2 vs ANTV Sinetron Mohabbatein.
2. Counter Programming (Program Tandingan)
Strategi
untuk merebut audien yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke stasiun
sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda
untuk menarik audien yang belum terpenuhi kebutuhannya. Biasanya hal ini
terjadi dalam satu grup perusahaan, sebagai contohnya adalah antara RCTI, Global
TV dan MNC.
KASUS : TRANS TV Bioskop Transtv
> Trans 7 OVJ > CNN Indonesia Prime News
3. Bloking Program
Strategi
bloking program adalah sama dengan konsep flow through Nielsen/Penonton yang mengalir di mana
audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang
sejenis selama waktu siaran tertentu.
4 Pendahuluan Kuat
Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan
program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran.
5 Strategi Buaian
Startegi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan
jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas.
Caranya adalah dengan menempatkan acara bersangkutan di tengah-tengah di antara
2 program unggulan.
6 Penghalangan (stunting)
Strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan
jadwal program secara cepat.
7.
Dayparting
Satu
langkah dalam perencanaan yang membagi setiap hari dalam beberapa slot waktu
yang dinilai cocok dan pas untuk diudarakan. Program ini sangat
mempertimbangkan target audiensi tertentu tertentu pada slot waktu tersebut
8.
Stripping
Srategi
untuk menjaga jumlah audien dengan menempatkan program yang sama pada slot
waktu yang sama untuk hari berturut-turut. Contohnya adalah pola programming
pada FTV SCTV yang ditempatkan pada waktu yang sama setiap harinya
9.
Crossprogramming
Pemilihan jenis program berikut dalam urutan jadwalnya
dari penayangan satu program, yang mempunyai relevansi tema.
10.
Checkerboarding
Strategi
untuk meraih jumlah audien dengan menempatkan program yang berbeda pada slot
waktu yang sama setiap harinya, biasanya strategi ini digunakan untuk
program-program yang tayang setelah jam prime time.
III.
Alur Proses
Produksi Produk TV dan Jurnalistik
Pada media instansi pertelevisian
antara Program News dan Program Produksi
( Inhouse ) memiliki divisi tersendiri dan kru masing-masing divisi,
patut diketahui pengertian secara praktis divisi news atau bagaimana seorang
jurnalis bekerja, yakni seorang jurnalis atau wartawan mengumpulkan informasi atau berita (news processing) dan
penyebarluaskannya melalui media TV. Kita dapat melihat adanya empat komponen
dalam dunia jurnalistik: Informasi,
Penyusunan Informasi, Penyebarluasan Informasi, dan Media Massa. Dalam
divisi News Program yang disajikan adalah dua bagian besar, yaitu:
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality
features
d. Travel features
e. Scientifict
features
Sedangkan program divisi produksi ( In-house )
berformat ringan meliputi :
1.
Program Talk Show, berorientasi pada bidang kreatif
terhadap satu topik tertentu maupun dengan permainan yang hasilnya dapat merebut
perhatian masyarakat.
2.
Program Variety Show, berorientasi pada ragam hiburan yang terdiri
dari berbagai pertunjukkan, yakni contohnya seperti memadukan pertunjukan musik dan
komedi sketsa, biasanya diperkenalkan oleh
pembawa acara atau host.
3.
Reality Show, berorientasi pada acara
yang dikemas kehidupan sehari-hari serta pemain umumnya khalayak
umum biasa, bukan pemeran,
kemudian pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan,
dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang
lainnya.
4.
Program Entertainment
-
Musik
-
Infotainment
-
Lawak
Tahap sajian produk TV dan Jurnalistik melewati 3
alur yakni :
•
Pre-Production ( Pra Produksi )
•
Production ( Produksi )
•
Post- Production ( Paska Produksi )
A.) Pre-Production ( Pra Produksi )
Pada prinsipnya proses
ini meliputi proses penuangan ide (proposal) produk, perencanaan produk,
perencanaan proses produksi, penyusunan dokumentasi, penyusunan
tim, membangun prototipe, pengurusan hak cipta dan penendatangan kontrak dan
pembiayaan. Pada tahap ini kru yang terlibat antara lain Produser,
Tim Kreatif, serta Production Assistance, yang mengumpulkan stock tema , memilih tema untuk di
sepakati bersama , hingga memilih artist yang dibutuhkan untuk konten
“standby artis” dan membuat script yaitu sebuah alur yang
mengatur jalannya shooting . yang berisi setiap gimmick, dialog talent per
segmen dan roll vt. mereka membuat script dan mempresentasikan ke produser secara
bergantian.
Adapun gambaran alur Pra Produksi Yakni
1. Concept Definition ( Konsep )
-
Title Goals ( Judul yang menyesuaikan sasaran pasar penonton ).
-
Audiens ( Menspesifikan segmentasi penonton )
-
Title Genre ( Menentukan Genre Judul ).
-
Marketing Requirement (
-
Budget Parameters
-
Schedule Requirement
2. Design
-
Story/Content ( Menentukan Alur Cerita dan Isi Program )
-
Information Architecture ( Menentukan Rancangan Informasi Program )
-
Visual and Sound ( Menata tampilan gambar dan suara yang akan ditayangkan )
-
Technical ( Menentukan kebutuhan peralatan untuk kebutuhan shoting/produksi
)
-
Interaction- Navigation
3. Production Plan
-
Storyboard/Content Outline
-
Scheduling
-
Asset Management
-
Staffing
4. Assemble Team
-
Producer
-
Creative Tim
-
Designer
-
Technical Designer
-
Art Director
-
Audio Producer
-
Writer and Editor
-
Graphics Artist
-
Cameraman
-
Programmers
-
Composer sound engineer
-
Content Specialist
-
Technical Assistant
-
Production Assistance
5. Building Prototype
-
Brainstorming
-
Test out design direction
I.
Manajemen Program Artistik.
Dalam Tata Artistik Televisi,
terdapat divisi tersendiri yang menangani hal seputar sinematografi penataan
Floor/Lokasi Shoting, Divisi ini merupakan bagian dari kru televisi, di
beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau
Art Departement. Di dalam departemen, Kru yang terlibat yakni: Unit Dekorasi,
Unit Properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan Busana. Namun di beberapa
stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti ini, misalnya unit grafika
(grafis) di beberapa stasiun Televisi justru bertanggung jawab pada post
production manager. Sebenarnya apa yang menjadi tanggung jawab seorang penata artistik
adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau
tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi
tanggung jawab penata artistik. Sedikit berbeda dengan penata artistik
televisi, seorang art director dalam struktur perfilman,
bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer
serta berada dalam level yang sama dengan set decorator. Mereka
bertanggung jawab akan berbagai aspek
administratif dalam art department, seperti pembagian tugas pada
tiap personel, penyiapan budget dan scheduling dan juga mengatur dan
menjaga quality control.
1. Planning Meeting
Biasanya juga mereka bekerjasama
dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, tak heran karena tugasnya
dalam membuat set dari sebuah adegan. Tugasnya bisa dibagi dua yaitu, pre
produksi dan saat produksi.
Dalam pertemuan perencanaan program televisi atau planning meeting,
produser memaparkan konsep acara yang akan dibuat. Dalam hal ini produser
didampingi oleh sutradara atau pengarah acara televisi. Atas penjelasan ini,
penata artistk menguraikan rencana tata artistic untuk mendukung acara
tersebut, uraian ini dipaparkan dalam bentuk floor plan ( Rencana lapangan ). Berikutnya, masing-masing departemen
mempelajari hal yang harus disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property,serta
grafika adalah hal-hal yang sangat diperhitungkan secara detail oleh penata
artistik.
- Melakukan bedah skenario. Ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang termasuk dalam sebuah film, Jadi setiap adegan, setiap percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan (misal berbicara di sebuah bandara udara), maka art director harus mulai membuat list set apa saja yang diperlukan.
- Merinci apa saja yang dibutuhkan. Jika sudah tahu set apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah film, maka penata artistik sudah dapat memulai membuat checklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya properti yang kecil sebagai pemanis dari sebuah ruangan, namun juga set panggung misalnya atau apa saja yang membutuhkan konstruksi, di sini jika merupakan produksi besar, art director bisa bekerja sama dengan bagain konstruksi. Bahkan di beberapa produksi film, make up sampai wardrobe bisa menjadi salah satu tanggung jawab seorang art director untuk menyiapkannya. Misalnya saja, setting dari sebuah adegan adalah di tahun 1942 saat perang dunia kedua masih berkecamuk, seorang penata artistik harus dapat mencari properti benda-benda yang mewakili tahun tersebut sampai ke pakaian yang akan dikenakan oleh tokoh-tokohnya.
·
Merinci
budget yang dibutuhkan.
Tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, ia juga perlu merinci
bujet yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas, maka dengan
sendirinya penata artistik harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan.
Semakin seorang penata artistik pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya
dengan budget yang standar, maka namanya pun akan semakin dikenal
2. Production Meeting
Dalam pertemuan ini, pengarah
acara bertindak memimpin acara meeting produksi. Masing-masing penangung jawab
tim memaparkan tugas yang akan dilakukan secara lengkap, ini penting agar
departemen lainnya juga memahami konsep acara secara keseluruhan. Dalam meeting
produksi, penata artistik sudah harus mengajukan anggaran yang diperlukan dalam
tata artistik.
Dan ketika Film telah dimulai
pembuatannya, maka tiap scene pun art director perlu
ada dan berada di dekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai
dengan yang diharapkan, sesuai dengan skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun
terlihat nyata. Bisa saja penata artistik ikut terlibat langsung, misalnya saja
membetulkan letak set atau properti yang dirasa tak pas di adegan yang
dimaksud. Kegiatan ini terus diikuti oleh art director, mulai dari bongkar
pasang set, sampai ke penataan set sepanjang pengambilan gambar masih berlangsung.
3. Technical Meeting
Ini merupakan pertemuan terakhir,
dimana masalah teknis dibahas. Segala kebutuhan produksi harus selesai
dilakukan alias segala sesuatunya siap. Terutama dengan acuan Wish List/Script
yang dibuat oleh Tim Penata Artistik yang tentunya sesuai dengan Script dan
Rundown Program dari Produser.
B.) Production ( Produksi )
Proses Produksi dalam Pertelevisian dan Jurnalistik merupakan sebuah sistem, artinya antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kegagalan pada
salah satu proses akan menyebabkan sulitnya membuat film yang pesannya sampai pada
audiens dan
mempunyai kesinambungan yang utuh. Proses produksi yang dimulai dari adanya
suatu ide dari pra produksi , yang kemudian dikembangkan dalam bentuk script, rundown dan akhirnya di visualisasikan menjadi
sebuah bentuk film yang kemudian harus di evaluasi untuk mengetahui mutu dari
film tersebut melibatkan orang – orang yang kompeten di bidangnya, berdedikasi
tinggi dan mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dalam tim yang baik. sangat
erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crew pelaksana, serta support film dan deskripsi kerjanya masing-masing.
Adapun tim
tersebut dapat terdiri atas :
1.Campers
Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan
kamera saat shooting. Seorang
Kamerawan diberikan pengarahan oleh Sutradara ( Floor ) dan Program Director ( Control Room ) tentang rencana visual yang akan
dibuat ( Blocking Camera ). Secara sistematis rencana dibuat dalam Breakdown
Script. Beda halnya Pada acara berita televisi, Kamerawan bersama reporter
membuat shot list untuk panduan visual, shot apa saja yang dibutuhkan
kepentingan berita.Sedangkan pada program Talk Show terdapat
6 kamera dalam standar pertelevisian dan
salah satunya terdapat jimmy jib. Kameraman dalam mengambil gambar dikomandani
oleh Program Director di control room. Dalam produksi, kamera adalah alat utama yang
dioperasikan oleh Kamerawan, Panduan seorang kamerawan dalam pengambilan
gambar yakni “ shooting script “ serta “ director treatment”. Pada produksi single camera, sebelum
melakukan pengambilan gambar, sutradara meminta Kamerawan membuat komposisi dan angle tertentu. Pada
Multi camera, Program Director pun turut meminta komposisi dan angle saat
pengambilan gambar berlangsung. Sebelum shoting seorang kamerawan mempersiapkan peralatan shooting termasuk peralatan kamera
dan pendukungnya yang telah dipersiapkan bagian teknisi. Dan tugas Kamerawan juga ikut
mengecek secara keseluruhan untuk memastikan kamera serta pendukung lainnya
dapat bekerja dengan baik.
2.Lighting
Bertugas menentukan intensitas cahaya yang
masuk tugas utamanya adalah sebagai penata cahaya. Lightingman mempunyai
peranan yang sangat besar karena kualitas gambar setiap shot akan menjadi
semakin baik jika cahaya yang di gunakan tertata dengan baik.
3.Audio
Bertugas mengatur perimbangan suara dari
berbagai sumber,antara lain melakukan set up mikrofon , musik / backsound dan
lain sebagainya.,
4.CCU ( Control Camera Unit )
Bertugas mengoperasikan VTR , VTR adalah
peralatan yang terdiri dari sistem elektronik dan mekanik yang digunakan untuk merekam (record) dan memutar
(play back) sinyal gambar (video) serta sinyal suara (audio) , dengan media
penyimpanan/perekamannya adalah pita magnetik. Selain kedua sinyal tadi juga
terekam sinyal kontrol CTL (Control Track Line) dan sinyal address TC (Time
Code), sehingga kita dapat mengetahui posisi suatu gambar dan audio pada kaset
(tape) berdasarkan time code-nya. White Balance : Prosedur untuk mengkoreksi warna gambar dari
kamera dengan mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum cahaya. Umumnya
prosedur ini menggunakan cahaya putih sebagai dasar.
5.Program Director
Bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan produksi program, Tugasnya
antara lain : Melakukan
bloking kamera bersama P.A, Melakukan analisis script/scenario /rundown
berdasarkan konsep/ ide yang telah disepakati , Memandu jalannya program
bersama FD Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai
rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan produksi Program
Acara
6.Floor Director
Seorang
Pengarah lapangan / Bertugas sebagai penghubung dalam
menyampaikan pesan- pesan dari Program Director dan Master Control Room , hingga produser saat
kesalahan teknis untuk memberi tanda melanjutkan atau memberhentikan gimmick
talent.
7.BuilderMan
Bertanggung jawab
atas pemasangan semua alat yang berada dalam set. Berkoordinasi dengan kru
“vendor” atau yang memasang panggung suatu set.
8.IT
Mendukung jalannya shoting yang
berkaitan dengan hardware ,bertanggung jawab atas :
·
Monitoring Hardware
Ketika produksi telah berlangsung,
seorang IT support memantau perkembangan untuk kelancaran hardware yang sedang
working ( berjalan ).
·
Hardware Trouble
Bertanggung jawab atas
permasalahan seperti troubleshooting pada hardware dan software.
·
SPMB ( Surat Peminjaman Hardware )
Membuat draft surat peminjaman ke
library/storecamp atas hardware dan software yang akan digunakan untuk
shooting.
·
Laporan
Untuk sebagian Staff IT membuat laporan
mingguan mengenai kerusakan, maintenance, dan juga stok dari perlengkapan IT
untuk kantor atau perusahaan.
9.Make-up
Bertugas
me-make up artist.
10.Wardrobe
Bertugas menyediakan aksesoris pendukung kostum bagi talent. M.E ( Mechanical Electronical ) : ,TP , TS ( Technical support )
11. Agent
Seorang
yang dipekerjakan oleh agensi atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan
mereka dalam bernegosiasi kontrak individual termasuk gaji, kondisi kerja,
penyalur talent para aktor dan aktris sesuai dengan script.
12. Ast. Director
Seorang
asisten sutradara film yang bertanggung jawab atas administrasi sehingga
departement produksi mengetahui perkembangan terbaru progres jalannya suatu
program. Juga bertugas “standby artist” atas ketersediaannya atau tidak.
C.)
Post Production ( Paska Produksi
)
Dalam tahap Post production , ini merupakan tahap eksekusi dari rangkaian
produksi , yang meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik,
animasi & special effects, musik, sound effects, audio dubing, &
output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD. Pada
format program tapping, video hasil produksi dikirim P.A ke bagian Editing
untuk penyuntingan terakhir.
Akan
tetapi jika format program Live semua dibawah kendali Master Control Room (MCR) Televisi atau disebut juga ruang kendali siaran
televise yang merupakan ruangan yang berisikan perangkat
teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi.
MCR menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun
penyiaran televisi. MCR sangat penting karena semua materi siaran baik acara
secara langsung (live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang
langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB Van atau mobil
siaran, harus melalui MCR terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi siaran berupa iklan, logo stasiun
televisi,
program-program acara, running text dan sebagainya, semuanya telah
disiapkan di MCR untuk ditayangkan.
Bagian
penyiaran atau broadcasting merupakan ujung dari produksi materi siaran
seperti program acara, iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan
penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal
non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Beberapa stasiun televisi
menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum
dikenal dengan Departement On Air Broadcast. Dalam departemen ini,
terdapat bagian teknis (meliputi Master Control dan video tape recording
(VTR) On Air), bagian non-teknis (meliputi traffic log dan
presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan kemudian menuju
perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia.
IV.
Tahap Produksi Redaksi
Berita
Pada divisi pemberitaan,
secara umum organisasi pelaksana produksi terdiri dari direktur pemberitaan,
produser, asisten produser, koordinator liputan, kameramen, editor, pengarah
program dan penyiar berita. Kemudian dalam Bagan Manajemen Media divisi news
meliputi:
1.
Pemimpin Redaksi
Bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja
keredaksian dan jajaran keredaksian kebawahnya. Menindaklanjuti kebijakan
Pemimpin Umum untuk mengangkat dan memberhentikan personalnya dengan
menempatkan wakil Pemimpin Redaksi, Sekretaris Redaksi, Redaktur Pelaksana,
Koordinator Wartawan / Liputan, para Redaktur photografer, Koresponden dan
Kontributor dalam keredaksian dapat pula menentukan tulisan / berita, Tajuk
Rencana, Sorotan, Berita Utama dan Headline serta Dead Line dst. Melakukan koordinasi dengan Pemimpin Umum dan
Pemimpin Perusahaan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris
Redaksi, Redaktur Pelaksana, dan Koordinator Wartawan / Liputan.
2.
Dewan Redaksi
Dewan Redaksi beranggotakan Pemimpin Umum,
Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana dan orang-orang yang berkompeten yang
dipandang penting oleh Redaksi. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Redaksi adalah melaksanakan sidang
redaksi untuk menentukan objek naskah pemberitaan dimana didalamnyayang
menyangkut masalah hukum, politik, budaya dan agama (SARA). Melakukan kerjsama dengan Redaktur Pelaksana
dan Koordinator Wartawan serta menindaklanjuti kebijakan Pemimpin Umum.
3.
Redaktur Pelaksana
Redaktur
Pelaksana adalah kepanjangan dari Pemimpin Redaksi dibidang keredaksian dalam
melaksanakan tugasnya Redaktur Pelaksana bertanggung Jawab terhadap siklus
naskah pemberitaan dari sejumlah wartawan serta biro-biro di daerah. Melakukan tugas editing, korektor rehabilitat
dan reform naskah yang selanjutnya melaporkan kepada Pemimpin Redaksi yang
selanjutnya dibawa rapat Dewan Redaksi.
4.
Sekretaris Redaksi
• Berfungsi sebagai Bank Naskah oleh karena itu
Sekretaris Redaksi dalam melaksanakan tugasnya adalah menginventarisir naskah-naskah berita yang masuk,
mencatat naskah baru dan lama dari para wartawan kemudian melaporkan kepada
Pemimpin Redaksi. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Redaksi Melakukan koordinasi dengan Koordinator
Wartawan / Liputan untuk mengantisipasi jumlah naskah yang ada.
5.
Redaktur
Bagian yang mempunyai wewenang mengurus/mengoreksi keredaksian, bahasa, politik, hukum, budaya
dan agama. Redaktur (editor) bekerja untuk penyelesaian akhir naskah untuk dicetak.
Dalam tugasnya berhak mengedit naskah, reform naskah, perbaikan naskah.
6.
Koordinator Liputan / Wartawan
Bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan para peliput / wartawan membagi tugas dalam peliputan agar tidak terjadi overlap dilapangan. Merekomendasikan kepada Pemimpin Redaksi
dalam merekrut para wartawan atau sebaliknya menonaktifkan anggota wartawan
yang dalam melaksanakan tugasnya dilapangan melakukan tindak kejahatan pers.
7.
Staf Redaksi
Sekelompok
orang yang bertugas membantu para Redaktur dalam melakukan edit koreksi tentang
naskah berita yang telah direform dan bertanggung jawab kepada Redaktur yang
ada. Memberikan masukan-masukan tentang bentuk tulisan yang baik dan benar.
8.
Reporter (Wartawan)
Merupakan anggota dilapangan untuk mencari
berita / meliput, membuat, menyusun berita untuk dikirim ke Redaksi. Mencari
berita orang ternama atau orang yang sifatnya digemari publik. Mencari dan melaporkan semua peristiwa
penting dalam kancah opinium publik adalah tanggung jawab profesional wartawan.
Daftar Pustaka
Ricky W. Griffin,Manajemen, alih bahasa Gina Gania;editor Wisnu Candra
Kristiaji
(Jakarta : Erlangga, 2004)
Husaini usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, edisi 3
(Jakarta : BumiAksara, 2011),
Fred, Wibowo. (2007). Teknik Produksi Program Televisi.Jogjakarta: Pinus
Book
Publisher.
Langganan:
Postingan (Atom)