I.
Manajemen Program Media TV
Manajemen
merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ricky
W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengkoordinasian (leading), dan
pengontrolan (controlling) sumber daya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, tak terkecuali
oleh sebuah institusi media. Serangkaian aktivitas tersebut dikelola oleh
sebuah sistem manajemen media.Manajemen media merupakan sebuah motor penggerak
sebuah perusahaan media dalam usaha mencapai tujuan bersama melalui
penyelenggaraan produksi media. Adapun tujuan utama sebuah perusahaan media.
Menurut Picard, manajemen media berfokus pada bagaimana sebuah industri media
mengalokasikan sumber daya yang ada untuk memproduksi konten yang informatif
dan menghibur sehingga dapat memenuhi kebutuhan khalayak, pengiklan, dan
institusi-institusi sosial lainnya.Terdapat 4 fungsi manajemen diantaranya
1. Planning
Dalam manajemen, Planning adalah proses
mengidentifikasi dan menentukan tujuan serta arah tindakan yang tepat. Terdapat
tiga tahapan dalam planning, yakni
I.)
Menetapkan
tujuan organisasi yang akan dicapai
II.)
Menentukan
arah tindakan yang akan dilakukan untuk meraih tujuan organisasi
III.)
Menyusun
cara untuk mengatur Sumber Daya Manusia dalam organisasi untuk mencapai
tujuannya
Apabila diterapkan dalam manajemen produksi program acara televisi,
planning termasuk dalam development,
yakni proses dimana ide-ide dibangun dan disusun menjadi sebuah rancangan
program, diteliti, dan direncanakan dalam bentuk audio visual atau dengan kata
lain sebuah proses dimana treatment, budget, dan pitch direncanakan sedemikian
rupa. Dalam manajemen produksi, planning merupakan proses yang sangat penting
karena disinilah perencanaan dari semua proses produksi dibuat secara matang.
2. Organizing
Organizing merupakan proses pembentukan struktur
hubungan kerja yang di dalamnya terjadi interaksi dan kerjasama antar anggota
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap organizing meliputi
pembentukan struktur serta pengelompokan bagian-bagian, pembagian tugas, dan
pengelompokan pegawai sesuai dengan job description yang telah
ditentukan. Tahap ini merupakan tahap pre-production dalam manajemen
produksi program acara televisi dimana persiapan yang bersifat teknis dilakukan
oleh tim kerja yang telah terbentuk. Pre-production merupakan proses
dimana hasil perencanaan diaplikasikan dengan dilakukannya pemilihan lokasi dan
talent, penulisan naskah, pembuatan storyboard dan jadwal
produksi, serta pemilihan desain, properti, kostum, dan musik yang akan
digunakan. Ide yang telah dikembangkan dalam proses development dituangkan
ke dalam sebuah rundown program di dalam proses pre-production.
Semua hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi dibahas dalam sebuah rapat
produksi (production meeting) yang dihadiri oleh seluruh kerabat kerja
tim produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
rundown yang telah dibuat
3. Leading
Dalam manajemen, leading merupakan
proses kegiatan pengaplikasian strategi yang telah direncanakan dalam tatanan struktur
yang telah terbentuk. Kegiatan ini merupakan kegiatan production dalam
manajemen produksi program acara televisi. Tahap production adalah
proses ketika shooting dilaksanakan sesuai dengan rancangan jadwal
produksi dan budget, bersama seorang director, presenter, talent,
dan kru-kru teknis lainnya yang telah dipilih dan diatur dalam proses pre-production.
Dalam proses ini, production manager merupakan penanggung jawab utama
akan aktivitas-aktivitas shooting dari hari ke hari. Production
manager bertugas untuk mengatur transportasi, akomodasi, konsumsi, kru yang
terlibat, peralatan, perlengkapan, dan budget. Production manager bertanggung
jawab langsung kepada produser dan bekerja sama dengan director. Selain
itu, production manager juga bekerja sama dengan production assistant,
lighting director, camera operator, sound recordist, gaffer,
floor director, runner, dan kru-kru lainnya yang dibutuhkan.
Program acara televisi dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, program acara
siaran langsung (live) yang terdiri atas dua kategori yakni siaran
langsung di dalam studio dan siaran langsung di luar studio. Kedua, program
acara siaran tidak langsung (taping) yang harus melewati proses rekaman
dan proses penyempurnaan (editing, mixing, dubbing, dsb.).
4. Controlling
Controlling adalah proses evaluasi dan
pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi
berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga fungsi manajemen
sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam
manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production
dimana proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan.
Dalam proses ini, pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut
dengan off-line editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik
disatukan sedemikian rupa. Setelah proses off-line editing selesai,
dilakukan proses akhir yang disebut dengan online editing dimana efek
dan sound mixing ditambahkan sehingga program dengan versi high-quality
siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan pada
program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada
program yang ditayangkan secara langsung (live). Controlling dalam Manajemen juga meliputi
proses evaluasi dan pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama
proses produksi berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga
fungsi manajemen sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam
manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production dimana
proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan. Dalam proses ini,
pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut dengan off-line
editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik disatukan sedemikian rupa.
Setelah proses off-line editing selesai, dilakukan proses akhir yang disebut
dengan online editing dimana efek dan sound mixing ditambahkan sehingga program
dengan versi high-quality siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan
pada program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada
program yang ditayangkan secara langsung (live).
II.
Bagan Manajemen Produksi Media
Televisi
Direktur Utama
Direktur Keuangan Direktur
Marketing Direktur Program Direktur Teknik
Finance Divisi Promo Divisi News Divisi Produksi Maintenance Support
Legal Producer Tecnical
Support
SDM Program Director IT Support
Accounting
Reporter Instalation
S.
Asset Cameraman SNG
Editor
Audioman
Lightingman
Switcherman
Art and Property
Makeup
and Wardrobe
Floor Director
A.
Dari
alur produksi manajemen tersebut, dari divisi Redaksi News maupun Produksi
langkah awal yakni produser bersama Tim Kreatif dan Produksi Assistance untuk
Menentukan materi program, pengisi program, lokasi, properti, kostum, dan make-up,
hingga menentukan detail konsep bersama
dengan output yakni Membuat script, rundown, dan storyboard Setelah itu Menentukan peralatan
teknis meliputi kamera, lighting, audio, dan peralatan teknis
lainnya. berdasarkan ide yang telah disepakati, kemudian Menentukan jadwal
produksi. Kemudian tahap “ Produksi “ bersama Tim- Produksi Lapangan seperti PD
, Reporter, Cameraman, Audioman, Lightingman, Switcherman, Art and Propertyman,
Floor Director Serta Makeup and Wardrobe yang melakukan koordinasi dengan
Produser dan Production Assistance saat tahap produksi berlangsung, Kemudian
setelah pengambilan gambar, konten dibawa Production Assistance ke bagian
Editing agar video disunting sedemikian rupa baik offline maupun online
·
Offline
Editing yakni Output Video biasanya dengan resolusi rendah dan hasil editing
dari Production Assistance masih dalam tahap preview kepada Produser.
·
Online
Editing yakni Output Video kualitas terbaik yang merupakan tahap akhir dalam
proses editing, yang siap ditayangkan.
·
KOORDINASI
-
Selain
melakukan rapat produksi dengan tim produksi yang meliputi producer,
production assistant, video journalist, dan reporter yang menyangkut
konsep acara, Koordinasi juga dilakukan Divisi Teknis yang mendukung seputar teknis
di lokasi yang melibatkan Tcnical Support, IT Support, serta Instalation
Support.
-
Tim
Produksi Saling koordinasi dengan divisi Programming, Pada televisi terdapat Divisi yang menentukan slot
tayang suatu program acara, secara teknis suatu bagian
yang paling penting, ibaratnya adalah
jantung dari suatu televisi, karena apa yang dijual dan diberikan pada
masyarakat adalah program.
Program yang
disajikan tersebut adalah ciri khas dan
kualitas stasiun televisi.
Stasiun
televisi swasta Indonesia sekarang ini memiliki strateginya tersendiri dalam
menentukan programming acaranya. Karena
setiap stasiun televisi
memiliki caranya tersendiri
dalam menentukan program unggulannya, selain itu juga setiap stasiun televisi
swasta biasanya akan membaca tren yang sedang disukai masyarakat dalam mengatur
penjadwalan programnya.
-
Mereview
kembali kebutuhan teknis produksi antara producer dengan production
assistant.
Membuat treatment,
budgeting, dan pitch yang dikoordinir Unit Produksi Manajer.
Melakukan brief-ing bersama
seluruh tim produksi dan pengisi acara yang terlibat me-ngenai script pro-gram
acara.
·
SHOOTING
(Live/Taping)
Melakukan produksi program acara sesuai dengan script.
·
EVALUASI
Producer dan
tim produksi melakukan rapat evaluasi program bersama direktur utama mengenai
rating dan share program
B.
Departement Programming pada media Televisi.
Pada divisi programming, tanggung
jawab dalam cakupan berikut :
I.
Orientasi Program.
II.
Kebijakan Program.
III.
Strategi Penyusunan Program.
IV.
Sumber Acara.
V.
Pola dan Format Acara.
VI.
Kontinuitas Acara.
VII.
Kualitas Acara.
VIII. Pengembangan Program.
Tujuan utama divisi programming pada
TV komersil adalah mengoptimalkan jumlah pemirsa dan memaksimalkan jumlah
revenue. Tugas divisi programming juga meliputi :
1.
Akuisisi Program
Atau dapat diartikan pembelian program, baik dari dalam maupun luar negeri
berbagai macam cara pembelian dapat dipilih seorang programmer yang bertugas
mengakuisisi program, dengan tujuan pembelian melingkupi aspek kualitas dan
komersil sebagai pemasukan untuk keuangan perusahaan televisi.
2.
Scheduling Program
Membuat jadwal penanyangan program dalam jangka waktu Mingguan – Bulanan -hingga
Tahunan. Dengan mempertimbangan ketersediaan audiens berdasarkan “Rating and
Share”, Daya Tarik, Pesaing, Peraturan Lembaga Negara, Peluang Komersial.
3.
Monitoring Program
Dengan menentukan program mana yang akan dikembangkan, diperbaiki,
berpindah jam tayang atau bahkan harus mengganti program yang lama. Dalam
mengawasi program ini, programmer melakukan penilaian dengan survey kuantitatif
maupun kualitatif terhadap program tertentu.
4.
Developing Program
Programmer akan bekerja sama dengan divisi produksi atau pemberitaan yang
membuat program. Dari menyarankan perbaikan dan penyempurnaan terhadap program.
Tentunya saran ini berdasarkan survey yang telah dilakukan ditahap monitoring
program.
I.
Strategi Programming.
Menurut
Head-Sterling (1982), menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki sejumlah
strategi dalam upaya menarik audien masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan menahan
audien yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadi
aliran audien keluar (outflow), yaitu :
1.
Head to Head
Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audien
yang tengah menonton program televisi saingan untuk pindah ke stasiun sendiri
dengan menyajikan program yang sama dengan televisi saingan itu. Contohnya
dalam jam yang sama, 2 stasiun televisi menayangkan program dengan format dan
genre yang sama juga.
Kasus : RCTI Sinetron Anugerah Cinta
vs SCTV Sinetron Pangeran 2 vs ANTV Sinetron Mohabbatein.
2. Counter Programming (Program Tandingan)
Strategi
untuk merebut audien yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke stasiun
sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda
untuk menarik audien yang belum terpenuhi kebutuhannya. Biasanya hal ini
terjadi dalam satu grup perusahaan, sebagai contohnya adalah antara RCTI, Global
TV dan MNC.
KASUS : TRANS TV Bioskop Transtv
> Trans 7 OVJ > CNN Indonesia Prime News
3. Bloking Program
Strategi
bloking program adalah sama dengan konsep flow through Nielsen/Penonton yang mengalir di mana
audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang
sejenis selama waktu siaran tertentu.
4 Pendahuluan Kuat
Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan
program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran.
5 Strategi Buaian
Startegi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan
jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas.
Caranya adalah dengan menempatkan acara bersangkutan di tengah-tengah di antara
2 program unggulan.
6 Penghalangan (stunting)
Strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan
jadwal program secara cepat.
7.
Dayparting
Satu
langkah dalam perencanaan yang membagi setiap hari dalam beberapa slot waktu
yang dinilai cocok dan pas untuk diudarakan. Program ini sangat
mempertimbangkan target audiensi tertentu tertentu pada slot waktu tersebut
8.
Stripping
Srategi
untuk menjaga jumlah audien dengan menempatkan program yang sama pada slot
waktu yang sama untuk hari berturut-turut. Contohnya adalah pola programming
pada FTV SCTV yang ditempatkan pada waktu yang sama setiap harinya
9.
Crossprogramming
Pemilihan jenis program berikut dalam urutan jadwalnya
dari penayangan satu program, yang mempunyai relevansi tema.
10.
Checkerboarding
Strategi
untuk meraih jumlah audien dengan menempatkan program yang berbeda pada slot
waktu yang sama setiap harinya, biasanya strategi ini digunakan untuk
program-program yang tayang setelah jam prime time.
III.
Alur Proses
Produksi Produk TV dan Jurnalistik
Pada media instansi pertelevisian
antara Program News dan Program Produksi
( Inhouse ) memiliki divisi tersendiri dan kru masing-masing divisi,
patut diketahui pengertian secara praktis divisi news atau bagaimana seorang
jurnalis bekerja, yakni seorang jurnalis atau wartawan mengumpulkan informasi atau berita (news processing) dan
penyebarluaskannya melalui media TV. Kita dapat melihat adanya empat komponen
dalam dunia jurnalistik: Informasi,
Penyusunan Informasi, Penyebarluasan Informasi, dan Media Massa. Dalam
divisi News Program yang disajikan adalah dua bagian besar, yaitu:
1. Stainght news, yang terdiri dari :
a. Matter of fact news
b. Interpretative report
c. Reportage
2. Feature news, yang terdiri dari :
a. Human interest features
b. Historical features
c. Biographical and persomality
features
d. Travel features
e. Scientifict
features
Sedangkan program divisi produksi ( In-house )
berformat ringan meliputi :
1.
Program Talk Show, berorientasi pada bidang kreatif
terhadap satu topik tertentu maupun dengan permainan yang hasilnya dapat merebut
perhatian masyarakat.
2.
Program Variety Show, berorientasi pada ragam hiburan yang terdiri
dari berbagai pertunjukkan, yakni contohnya seperti memadukan pertunjukan musik dan
komedi sketsa, biasanya diperkenalkan oleh
pembawa acara atau host.
3.
Reality Show, berorientasi pada acara
yang dikemas kehidupan sehari-hari serta pemain umumnya khalayak
umum biasa, bukan pemeran,
kemudian pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan,
dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang
lainnya.
4.
Program Entertainment
-
Musik
-
Infotainment
-
Lawak
Tahap sajian produk TV dan Jurnalistik melewati 3
alur yakni :
•
Pre-Production ( Pra Produksi )
•
Production ( Produksi )
•
Post- Production ( Paska Produksi )
A.) Pre-Production ( Pra Produksi )
Pada prinsipnya proses
ini meliputi proses penuangan ide (proposal) produk, perencanaan produk,
perencanaan proses produksi, penyusunan dokumentasi, penyusunan
tim, membangun prototipe, pengurusan hak cipta dan penendatangan kontrak dan
pembiayaan. Pada tahap ini kru yang terlibat antara lain Produser,
Tim Kreatif, serta Production Assistance, yang mengumpulkan stock tema , memilih tema untuk di
sepakati bersama , hingga memilih artist yang dibutuhkan untuk konten
“standby artis” dan membuat script yaitu sebuah alur yang
mengatur jalannya shooting . yang berisi setiap gimmick, dialog talent per
segmen dan roll vt. mereka membuat script dan mempresentasikan ke produser secara
bergantian.
Adapun gambaran alur Pra Produksi Yakni
1. Concept Definition ( Konsep )
-
Title Goals ( Judul yang menyesuaikan sasaran pasar penonton ).
-
Audiens ( Menspesifikan segmentasi penonton )
-
Title Genre ( Menentukan Genre Judul ).
-
Marketing Requirement (
-
Budget Parameters
-
Schedule Requirement
2. Design
-
Story/Content ( Menentukan Alur Cerita dan Isi Program )
-
Information Architecture ( Menentukan Rancangan Informasi Program )
-
Visual and Sound ( Menata tampilan gambar dan suara yang akan ditayangkan )
-
Technical ( Menentukan kebutuhan peralatan untuk kebutuhan shoting/produksi
)
-
Interaction- Navigation
3. Production Plan
-
Storyboard/Content Outline
-
Scheduling
-
Asset Management
-
Staffing
4. Assemble Team
-
Producer
-
Creative Tim
-
Designer
-
Technical Designer
-
Art Director
-
Audio Producer
-
Writer and Editor
-
Graphics Artist
-
Cameraman
-
Programmers
-
Composer sound engineer
-
Content Specialist
-
Technical Assistant
-
Production Assistance
5. Building Prototype
-
Brainstorming
-
Test out design direction
I.
Manajemen Program Artistik.
Dalam Tata Artistik Televisi,
terdapat divisi tersendiri yang menangani hal seputar sinematografi penataan
Floor/Lokasi Shoting, Divisi ini merupakan bagian dari kru televisi, di
beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau
Art Departement. Di dalam departemen, Kru yang terlibat yakni: Unit Dekorasi,
Unit Properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan Busana. Namun di beberapa
stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti ini, misalnya unit grafika
(grafis) di beberapa stasiun Televisi justru bertanggung jawab pada post
production manager. Sebenarnya apa yang menjadi tanggung jawab seorang penata artistik
adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau
tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi
tanggung jawab penata artistik. Sedikit berbeda dengan penata artistik
televisi, seorang art director dalam struktur perfilman,
bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer
serta berada dalam level yang sama dengan set decorator. Mereka
bertanggung jawab akan berbagai aspek
administratif dalam art department, seperti pembagian tugas pada
tiap personel, penyiapan budget dan scheduling dan juga mengatur dan
menjaga quality control.
1. Planning Meeting
Biasanya juga mereka bekerjasama
dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, tak heran karena tugasnya
dalam membuat set dari sebuah adegan. Tugasnya bisa dibagi dua yaitu, pre
produksi dan saat produksi.
Dalam pertemuan perencanaan program televisi atau planning meeting,
produser memaparkan konsep acara yang akan dibuat. Dalam hal ini produser
didampingi oleh sutradara atau pengarah acara televisi. Atas penjelasan ini,
penata artistk menguraikan rencana tata artistic untuk mendukung acara
tersebut, uraian ini dipaparkan dalam bentuk floor plan ( Rencana lapangan ). Berikutnya, masing-masing departemen
mempelajari hal yang harus disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property,serta
grafika adalah hal-hal yang sangat diperhitungkan secara detail oleh penata
artistik.
- Melakukan bedah skenario. Ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang termasuk dalam sebuah film, Jadi setiap adegan, setiap percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan (misal berbicara di sebuah bandara udara), maka art director harus mulai membuat list set apa saja yang diperlukan.
- Merinci apa saja yang dibutuhkan. Jika sudah tahu set apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah film, maka penata artistik sudah dapat memulai membuat checklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya properti yang kecil sebagai pemanis dari sebuah ruangan, namun juga set panggung misalnya atau apa saja yang membutuhkan konstruksi, di sini jika merupakan produksi besar, art director bisa bekerja sama dengan bagain konstruksi. Bahkan di beberapa produksi film, make up sampai wardrobe bisa menjadi salah satu tanggung jawab seorang art director untuk menyiapkannya. Misalnya saja, setting dari sebuah adegan adalah di tahun 1942 saat perang dunia kedua masih berkecamuk, seorang penata artistik harus dapat mencari properti benda-benda yang mewakili tahun tersebut sampai ke pakaian yang akan dikenakan oleh tokoh-tokohnya.
·
Merinci
budget yang dibutuhkan.
Tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, ia juga perlu merinci
bujet yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas, maka dengan
sendirinya penata artistik harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan.
Semakin seorang penata artistik pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya
dengan budget yang standar, maka namanya pun akan semakin dikenal
2. Production Meeting
Dalam pertemuan ini, pengarah
acara bertindak memimpin acara meeting produksi. Masing-masing penangung jawab
tim memaparkan tugas yang akan dilakukan secara lengkap, ini penting agar
departemen lainnya juga memahami konsep acara secara keseluruhan. Dalam meeting
produksi, penata artistik sudah harus mengajukan anggaran yang diperlukan dalam
tata artistik.
Dan ketika Film telah dimulai
pembuatannya, maka tiap scene pun art director perlu
ada dan berada di dekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai
dengan yang diharapkan, sesuai dengan skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun
terlihat nyata. Bisa saja penata artistik ikut terlibat langsung, misalnya saja
membetulkan letak set atau properti yang dirasa tak pas di adegan yang
dimaksud. Kegiatan ini terus diikuti oleh art director, mulai dari bongkar
pasang set, sampai ke penataan set sepanjang pengambilan gambar masih berlangsung.
3. Technical Meeting
Ini merupakan pertemuan terakhir,
dimana masalah teknis dibahas. Segala kebutuhan produksi harus selesai
dilakukan alias segala sesuatunya siap. Terutama dengan acuan Wish List/Script
yang dibuat oleh Tim Penata Artistik yang tentunya sesuai dengan Script dan
Rundown Program dari Produser.
B.) Production ( Produksi )
Proses Produksi dalam Pertelevisian dan Jurnalistik merupakan sebuah sistem, artinya antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kegagalan pada
salah satu proses akan menyebabkan sulitnya membuat film yang pesannya sampai pada
audiens dan
mempunyai kesinambungan yang utuh. Proses produksi yang dimulai dari adanya
suatu ide dari pra produksi , yang kemudian dikembangkan dalam bentuk script, rundown dan akhirnya di visualisasikan menjadi
sebuah bentuk film yang kemudian harus di evaluasi untuk mengetahui mutu dari
film tersebut melibatkan orang – orang yang kompeten di bidangnya, berdedikasi
tinggi dan mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dalam tim yang baik. sangat
erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crew pelaksana, serta support film dan deskripsi kerjanya masing-masing.
Adapun tim
tersebut dapat terdiri atas :
1.Campers
Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan
kamera saat shooting. Seorang
Kamerawan diberikan pengarahan oleh Sutradara ( Floor ) dan Program Director ( Control Room ) tentang rencana visual yang akan
dibuat ( Blocking Camera ). Secara sistematis rencana dibuat dalam Breakdown
Script. Beda halnya Pada acara berita televisi, Kamerawan bersama reporter
membuat shot list untuk panduan visual, shot apa saja yang dibutuhkan
kepentingan berita.Sedangkan pada program Talk Show terdapat
6 kamera dalam standar pertelevisian dan
salah satunya terdapat jimmy jib. Kameraman dalam mengambil gambar dikomandani
oleh Program Director di control room. Dalam produksi, kamera adalah alat utama yang
dioperasikan oleh Kamerawan, Panduan seorang kamerawan dalam pengambilan
gambar yakni “ shooting script “ serta “ director treatment”. Pada produksi single camera, sebelum
melakukan pengambilan gambar, sutradara meminta Kamerawan membuat komposisi dan angle tertentu. Pada
Multi camera, Program Director pun turut meminta komposisi dan angle saat
pengambilan gambar berlangsung. Sebelum shoting seorang kamerawan mempersiapkan peralatan shooting termasuk peralatan kamera
dan pendukungnya yang telah dipersiapkan bagian teknisi. Dan tugas Kamerawan juga ikut
mengecek secara keseluruhan untuk memastikan kamera serta pendukung lainnya
dapat bekerja dengan baik.
2.Lighting
Bertugas menentukan intensitas cahaya yang
masuk tugas utamanya adalah sebagai penata cahaya. Lightingman mempunyai
peranan yang sangat besar karena kualitas gambar setiap shot akan menjadi
semakin baik jika cahaya yang di gunakan tertata dengan baik.
3.Audio
Bertugas mengatur perimbangan suara dari
berbagai sumber,antara lain melakukan set up mikrofon , musik / backsound dan
lain sebagainya.,
4.CCU ( Control Camera Unit )
Bertugas mengoperasikan VTR , VTR adalah
peralatan yang terdiri dari sistem elektronik dan mekanik yang digunakan untuk merekam (record) dan memutar
(play back) sinyal gambar (video) serta sinyal suara (audio) , dengan media
penyimpanan/perekamannya adalah pita magnetik. Selain kedua sinyal tadi juga
terekam sinyal kontrol CTL (Control Track Line) dan sinyal address TC (Time
Code), sehingga kita dapat mengetahui posisi suatu gambar dan audio pada kaset
(tape) berdasarkan time code-nya. White Balance : Prosedur untuk mengkoreksi warna gambar dari
kamera dengan mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum cahaya. Umumnya
prosedur ini menggunakan cahaya putih sebagai dasar.
5.Program Director
Bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan produksi program, Tugasnya
antara lain : Melakukan
bloking kamera bersama P.A, Melakukan analisis script/scenario /rundown
berdasarkan konsep/ ide yang telah disepakati , Memandu jalannya program
bersama FD Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai
rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan produksi Program
Acara
6.Floor Director
Seorang
Pengarah lapangan / Bertugas sebagai penghubung dalam
menyampaikan pesan- pesan dari Program Director dan Master Control Room , hingga produser saat
kesalahan teknis untuk memberi tanda melanjutkan atau memberhentikan gimmick
talent.
7.BuilderMan
Bertanggung jawab
atas pemasangan semua alat yang berada dalam set. Berkoordinasi dengan kru
“vendor” atau yang memasang panggung suatu set.
8.IT
Mendukung jalannya shoting yang
berkaitan dengan hardware ,bertanggung jawab atas :
·
Monitoring Hardware
Ketika produksi telah berlangsung,
seorang IT support memantau perkembangan untuk kelancaran hardware yang sedang
working ( berjalan ).
·
Hardware Trouble
Bertanggung jawab atas
permasalahan seperti troubleshooting pada hardware dan software.
·
SPMB ( Surat Peminjaman Hardware )
Membuat draft surat peminjaman ke
library/storecamp atas hardware dan software yang akan digunakan untuk
shooting.
·
Laporan
Untuk sebagian Staff IT membuat laporan
mingguan mengenai kerusakan, maintenance, dan juga stok dari perlengkapan IT
untuk kantor atau perusahaan.
9.Make-up
Bertugas
me-make up artist.
10.Wardrobe
Bertugas menyediakan aksesoris pendukung kostum bagi talent. M.E ( Mechanical Electronical ) : ,TP , TS ( Technical support )
11. Agent
Seorang
yang dipekerjakan oleh agensi atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan
mereka dalam bernegosiasi kontrak individual termasuk gaji, kondisi kerja,
penyalur talent para aktor dan aktris sesuai dengan script.
12. Ast. Director
Seorang
asisten sutradara film yang bertanggung jawab atas administrasi sehingga
departement produksi mengetahui perkembangan terbaru progres jalannya suatu
program. Juga bertugas “standby artist” atas ketersediaannya atau tidak.
C.)
Post Production ( Paska Produksi
)
Dalam tahap Post production , ini merupakan tahap eksekusi dari rangkaian
produksi , yang meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik,
animasi & special effects, musik, sound effects, audio dubing, &
output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD. Pada
format program tapping, video hasil produksi dikirim P.A ke bagian Editing
untuk penyuntingan terakhir.
Akan
tetapi jika format program Live semua dibawah kendali Master Control Room (MCR) Televisi atau disebut juga ruang kendali siaran
televise yang merupakan ruangan yang berisikan perangkat
teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi.
MCR menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun
penyiaran televisi. MCR sangat penting karena semua materi siaran baik acara
secara langsung (live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang
langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB Van atau mobil
siaran, harus melalui MCR terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi siaran berupa iklan, logo stasiun
televisi,
program-program acara, running text dan sebagainya, semuanya telah
disiapkan di MCR untuk ditayangkan.
Bagian
penyiaran atau broadcasting merupakan ujung dari produksi materi siaran
seperti program acara, iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan
penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal
non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Beberapa stasiun televisi
menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum
dikenal dengan Departement On Air Broadcast. Dalam departemen ini,
terdapat bagian teknis (meliputi Master Control dan video tape recording
(VTR) On Air), bagian non-teknis (meliputi traffic log dan
presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan kemudian menuju
perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia.
IV.
Tahap Produksi Redaksi
Berita
Pada divisi pemberitaan,
secara umum organisasi pelaksana produksi terdiri dari direktur pemberitaan,
produser, asisten produser, koordinator liputan, kameramen, editor, pengarah
program dan penyiar berita. Kemudian dalam Bagan Manajemen Media divisi news
meliputi:
1.
Pemimpin Redaksi
Bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja
keredaksian dan jajaran keredaksian kebawahnya. Menindaklanjuti kebijakan
Pemimpin Umum untuk mengangkat dan memberhentikan personalnya dengan
menempatkan wakil Pemimpin Redaksi, Sekretaris Redaksi, Redaktur Pelaksana,
Koordinator Wartawan / Liputan, para Redaktur photografer, Koresponden dan
Kontributor dalam keredaksian dapat pula menentukan tulisan / berita, Tajuk
Rencana, Sorotan, Berita Utama dan Headline serta Dead Line dst. Melakukan koordinasi dengan Pemimpin Umum dan
Pemimpin Perusahaan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris
Redaksi, Redaktur Pelaksana, dan Koordinator Wartawan / Liputan.
2.
Dewan Redaksi
Dewan Redaksi beranggotakan Pemimpin Umum,
Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana dan orang-orang yang berkompeten yang
dipandang penting oleh Redaksi. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Redaksi adalah melaksanakan sidang
redaksi untuk menentukan objek naskah pemberitaan dimana didalamnyayang
menyangkut masalah hukum, politik, budaya dan agama (SARA). Melakukan kerjsama dengan Redaktur Pelaksana
dan Koordinator Wartawan serta menindaklanjuti kebijakan Pemimpin Umum.
3.
Redaktur Pelaksana
Redaktur
Pelaksana adalah kepanjangan dari Pemimpin Redaksi dibidang keredaksian dalam
melaksanakan tugasnya Redaktur Pelaksana bertanggung Jawab terhadap siklus
naskah pemberitaan dari sejumlah wartawan serta biro-biro di daerah. Melakukan tugas editing, korektor rehabilitat
dan reform naskah yang selanjutnya melaporkan kepada Pemimpin Redaksi yang
selanjutnya dibawa rapat Dewan Redaksi.
4.
Sekretaris Redaksi
• Berfungsi sebagai Bank Naskah oleh karena itu
Sekretaris Redaksi dalam melaksanakan tugasnya adalah menginventarisir naskah-naskah berita yang masuk,
mencatat naskah baru dan lama dari para wartawan kemudian melaporkan kepada
Pemimpin Redaksi. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Redaksi Melakukan koordinasi dengan Koordinator
Wartawan / Liputan untuk mengantisipasi jumlah naskah yang ada.
5.
Redaktur
Bagian yang mempunyai wewenang mengurus/mengoreksi keredaksian, bahasa, politik, hukum, budaya
dan agama. Redaktur (editor) bekerja untuk penyelesaian akhir naskah untuk dicetak.
Dalam tugasnya berhak mengedit naskah, reform naskah, perbaikan naskah.
6.
Koordinator Liputan / Wartawan
Bertanggung
jawab untuk mengkoordinasikan para peliput / wartawan membagi tugas dalam peliputan agar tidak terjadi overlap dilapangan. Merekomendasikan kepada Pemimpin Redaksi
dalam merekrut para wartawan atau sebaliknya menonaktifkan anggota wartawan
yang dalam melaksanakan tugasnya dilapangan melakukan tindak kejahatan pers.
7.
Staf Redaksi
Sekelompok
orang yang bertugas membantu para Redaktur dalam melakukan edit koreksi tentang
naskah berita yang telah direform dan bertanggung jawab kepada Redaktur yang
ada. Memberikan masukan-masukan tentang bentuk tulisan yang baik dan benar.
8.
Reporter (Wartawan)
Merupakan anggota dilapangan untuk mencari
berita / meliput, membuat, menyusun berita untuk dikirim ke Redaksi. Mencari
berita orang ternama atau orang yang sifatnya digemari publik. Mencari dan melaporkan semua peristiwa
penting dalam kancah opinium publik adalah tanggung jawab profesional wartawan.
Daftar Pustaka
Ricky W. Griffin,Manajemen, alih bahasa Gina Gania;editor Wisnu Candra
Kristiaji
(Jakarta : Erlangga, 2004)
Husaini usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, edisi 3
(Jakarta : BumiAksara, 2011),
Fred, Wibowo. (2007). Teknik Produksi Program Televisi.Jogjakarta: Pinus
Book
Publisher.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar