Jumat, 05 Mei 2017

Proses Membuat keputusan ( Komunikasi Organisasi )




I.                   Proses membuat keputusan

Salah satu kegiatan yang paling penting dalam setiap organisasi adalah pengambilan keputusan, dikarenakan keputusan melibatkan arah strategis organisasi, yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari tiap pegawainya.
 Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta administrasi dapat berjalan terus dengan lancar
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. 
Berbagai pendekatan dalam  mengambil keputusan, seperti dengan menggunakan pendekatan rasional yaitu dengan cara menganalisis vareabel-vareabel terkait, menggunakan metode tertentu,  dengan tahapan yang jelas, dan dikerjakan oleh tenaga profesional. Tenaga profesional adalah  mereka yang memiliki kompetensi bidang yang diteliti dan mampu memilih metode penelitian yang tepat dan menggunakannya. Dengan proses tersebut maka keputusan rasional mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi, dapat diakuntabilitaskan dan dijelaskan mengapa suatu keputusan diambil.  Dengan alasan tersebut maka para pemimpin berupaya untuk berlomba-lomba mengambil keputusan dengan metode rasional, yaitu dengan menggunakan berbagai metode analisis seperti SWOT, Cause and Effect Analysis, Value Chain Analysis dan sebagainya.
Metode pengambilan keputusan rasional memang merupakan metode yang diunggulkan oleh berbagai pihak, namun hasil keputusan yang dihasilkan tidak selamanya benar dalam arti tidak dapat merubah situasi menjadi  lebih baik atau  memberikan benefit seperti yang diharapkan, bahkan terdapat keputusan yang merugikan. Ini dibuktikan dengan adanya organisasi yang merugi dan gulung tikar. Dengan alasan tersebut maka dapat diambil simpulan bahwa tidak selamanya pengambilan keputusan rasional membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Ketidak berhasilan dalam pengambilan keputusan rasional tersebut disebabkan adanya pra kondisi yang tidak dapat dipenuhi.  Prakondisi tersebut adalah  (1) analisis harus dilakukan oleh profesional, (2) menggunakan metode analisis yang tepat (3) didukung dengan data yang lengkap, akurat dan terkini, dan (4) tersedia cukup waktu.
Pengambilan keputusan merupakan wilayah profesional, misalkan untuk memprediksi penyakit yang akan timbul pada musim banjir, merupakan kewenangan para dokter, sedangkan untuk memprediksi inflasi pada musim kemarau adalah para ekonom, tentunya dengan dibantu pihak terkait dalam mengumpulkan data.  Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua pengambilan keputusan dilakukan oleh para profesional karena keterbatasan kewenangan. Pada kasus tertentu,  para profesioanal terbatas untuk melakukan  kegiatan-kegiatan  mengidentifikasi dan menganalisis masalah,  memberikan alternatif solusi, dan menyiapkan rekomendasi,  sedangkan keputusan diambil oleh para pemimpin yang bertanggung jawab dan berwenang untuk memutuskan, sehingga sering terjadi, rekomendasi  hasil analisis tidak diterima. Ini membuktikan bahwa para pemimpin disamping memperhatikan hasil analisis juga menggunakan cara lain dalam mengambil keputusan seperti pada ilustrasi berikut. Dalam Robbins,  Joe Gracia, vice president suatu perusahaan telah pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi pembangunan pabrik baru.  Ia merencanakan membangun pabrik baru  untuk  memproduksi  komponen elektronik satelit komunikasi di Atlanta. Untuk memutuskan lokasi tersebut, ia  menunjuk konsultan untuk melakukan kajian atas  5 alternatif lokasi pabrik baru. Laporan hasil kajian menunjukkan bahwa Atlanta menduduki ranking ke 3, sehingga Atlanta bukan lokasi yang  direkomendasikan. Setelah mempelajari dan mencermati laporan hasil kajian,   ia menyatakan  tidak setuju dengan simpulan yang dihasilkan, dan mengatakan, “meskipun direkomendasikan, saya berpendapat bahwa, angka, tidak dapat menggambarkan situasi secara keseluruhan”.  Selanjutnya,  dengan intuisinya ia mengatakan bahwa  Atlanta akan terbukti menjadi  lokasi pabrik yang paling baik sepanjang masa.

Pra kondisi ke dua adalah pemilihan metode analisis yang tepat merupakan syarat mutlak dalam menganalisis. Jika metode analisis dianalogkan dengan alat, misalnya alat potong, maka sebelum memotong suatu obyek, terlebih dahulu harus dipilih alat potong  yang tepat dan  sesuai dengan obyek yang akan dipotong. Kesalahan dalam memilih alat potong akan menyulitkan proses dalam memotong dan mengurangi kualitas hasil. Misalnya untuk menebang pohon besar akan dipilih  senso sebagi alat potong, sehingga proses penebangan pohon dapat efisien dengan hasil yang memuaskan, sedangkan jika akan memotong rumpun cukup dengan menggunakan gunting.  Mungkinkah memotong rumput dengan senso, dan  menebang pohon besar dengan gunting?.  Begitu pula dalam menganalisis, terlebih dahulu harus dipilih alat analisis yang sesuai dengan obyek yang dianalisis. Analogi ini penting untuk  menjelaskan bahwa kesalahan pemilihan metode analisis akan berakibat fatal,  yaitu kesulitan  dalam proses analisis dan pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang salah.  Sebagai contoh dalam menganalisis masalah-masalah makro dapat digunakan analisis SWOT. Masalah makro banyak dipengaruhi oleh vareabel eksternal, oleh karena itu harus dipilih  alat analisis yang mencakup  dan cocok untuk menganalisis  vareabel  eksternal. Analisis SWOT merupakan metode analisis dimana vareabel-vareabel dikelompokkan menjadi dua yaitu vareabel internal terdiri dari S (Strengths), W (Weaknesses), dan vareabel eksternal yaitu O (Opportunities), dan T (Threats). Oleh karena analisis SWOT mencakup vareabel eksternal maka cocok diperguanakan untuk menganalisis masalah makro.
Pra kondisi berikutnya adalah data yang lengkap, akurat dan terkini.  Praktek di lapangan menunjukkan bahwa ketersediaan data sering  tidak dapat dipenuhi, atau mungkin terlalu banyak data yang tersedia tetapi  tidak terkait dengan permasalahan dan tidak diperlukan sehingga menyulitkan dalam memilah antara data yang relevan dan tidak, antara data yang penting dan tidak, dan antara data yang akurat dan tidak, padahal keputusan harus segera diambil. Pra kondisi terakhir dalam  pengambilan keputusan rasional  adalah tersedianya waktu yang cukup untuk  (1)  menentukan permasalahan riil di lapangan, (2) mengidentifikasi masalah, (3) menganalisis masalah, (4) membuat alternatif  solusi, (5) memilih solusi terbaik, dan (6) membuat analisis masalah potensial.  Masing-masing tahapan tersebut  cukup memakan waktu panjang padahal keputusan harus segera diambil, dan jika tidak,  akan berdampak  luas

II.                Model  PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN

1.     Rasional 
Pengambilan keputusan secara rasional, merupakan sebuah keputusan yang diambil dengan menggunakan pendekatan rasional atau melakukan rasionalisasi dengan menggunakan logika atau pemikiran yang terpola. Pengambilan keputusan secara rasional adalah memperhatikan konsistensi dan memaksimalkan hasil yang seringkali terjadi dalam batasan-batasan yang spesifik dengan melakukan analisa situasi dan analisa keputusan. Proses pengambilan keputusan secara rasional memiliki berbagai tahapan-tahapan. Yang pertama adalah mendefinisikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian mengidentifikasinya dengan melakukan klasifikasi atau penetapan kriteria-kriteria atau batasan-batasan yang dihadapi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian diberikan pembobotan, atau penetapan prioritas. Dari sini, kemudian kita bisa melakukan pengembangan alternatif solusi atau keputusan apa yang akan diambil. Masing-masing alternatif tersebut tentu perlu dievaluasi secara seksama untuk kemudian dapat dipilih alternatif terbaik yang dapat memberikan hasil yang paling maksimal dan optimal.

Nurt (1984) membahas model ini rasional dan logis keputusan sebagai metode normatif direkomendasikan untuk eksekutif di kebanyakan buku manajemen. Model normatif ini mencakup      lima tahap: 
I.Perumusan,
II.Pengembangan konsep, 
III. Merinci, 
IV. Evaluasi, 
V. Implementasi










2.     Alternatif Rasional Model

March dan Simon (1958,1960) mereka percaya yang lebihrealistis dalam pengambilan keputusan yakni mengedepankan prosesdi manapencarian bukan untuk solusi optimal tunggal tapi untuk solusi yang akan bekerja cukup baik untuk menangani situasi.

Pengembangan alternatif. Pengambil keputusan jarang bersedia mengembangkan alternatif baru  dan  unik.  Pengambil  keputusan  sering  menghindari  tugas-tugas  sulit  dan mempertimbangkan  alternatif  untung  ruginya.  Pengambil  keputusan  sering menyederhanakan pilihan keputusan, dengan hanya membandingkan alternatif-alternatif yang  sedikit  berbeda  daripada  mencari  alternatif  terbaru.  Pengambil  keputusan  tidak menguji secara seksama suatu alternatif dan konsekuensinya. 

3. Small Group

BA Fisher (1970), empat frase: 
I.Orientasi : kelompok anggota menjadi mengenal satu samalain dan dengan masalah
II.konflik,  :  kemungkinan solusi untukmasalah yang disajikan dan debutnya
III. Pemecahan masalah : Tingkat konsensus munculnya pengambilan keputusan.
IV.Penguatan : Terkait penguatan keputusan yang diambil.






4. Model Kognitif

Didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan sumber daya manusia. Model ini mengusulkan bahwa PDM meningkatkan informasi aliran ke atas dan ke bawah dalam organisasi. peningkatan arus informasi ke atas terletak pada pada gagasan bahwa individu dekat dengan pekerjaan, semata untuk efisien menyelesaikan pekerjaan.

 Ilustrasi model kognitif


 








Rounded Rectangle: Arus Informasi Keatas



Rounded Rectangle: Produktif
as
Rounded Rectangle: Kepuasan 
Rounded Rectangle: Arus Informasi Kebawah 




5. Pengaplikasian Partisipatif dalam organisasi  dan tempat kerja demokrasi
Partisipasi dalam pengambilan keputusan dapat ditetapkan di tempat kerja dengan berbagai cara. Seibold dan Shea (2001) dianggap lima jenis partisipasi program s sering digunakan oleh organisasi dan meninjau penelitian tentang efektivitas program ini. Cara yang diterapkan sangat bervariasi dalam hal tujuan mereka, tapi semua upaya untuk meningkatkan efektivitas organisasi yakni melalui partisipasi. Dengan kata lain, Partisipasi dalam tempat kerja demokrasi didasarkan pada lebih dari expendiency-itu berdasarkan citacita humanistik tentang bagaimana individu harus terlibat dalam masyarakat. Partisipasi dalam organisasi semacamitu biasanya akan termasuk pengaruh sebenarnya pada berbagai macam proses organisasi dan isuisu dan demokrasi di semua tingkat organisasi

·         Pengaruh partisipasi dalam pengambilan keputusan
Para peneliti tertarik pada faktor-faktor yang akan onhance komitmen karyawan pada keputusan organisasi dan menemukan dukungan untuk ther hipotesis bahwpartisipasi dalam keputusan organisasi akan membuat karyawan kurang Resistans berubah.
Sejauh ini, kami telah meneliti proses pembuatan keputusan bagaimana keputusan
Dibuat oleh individu dan kelompok-kelompok kecil kami dinding sekarang mempertimbangkan pertanyaan Membuat keputusan, dengan melihat teori volumenions dan penelitian tentang partisipasi dalam pengambilan keputusan (PDM) dan melihat interaksi akademi wook flashdisk demokrasi berkembang pertama kami membahas beberapa yang berdebar penelitian tentang kelompok dan efek propsed partisipasi

·        Pengaruh partisipasi dalam pengambilan keputusan
Studi besar pertama dari partisipasi dalam pengambilan keputusan sebagai kas dilakukan  dan in1948 Perancis.
Para peneliti tertarik pada faktor-faktor yang akan onhance komitmen karyawan pada keputusan organisasi dan menemukan dukungan untuk ther hipotesis bahwa partisipasi dalam keputusan organisasi akan membuat karyawan kurang Resistans berubah.

I. Di luar proses kelompok rasional

pakar telah meneliti tentang proses pengambilan keputusan kelompok dan efektivitas telah menyebabkan sejumlah
Temuan impor, telah ada kritik dilontarkan terhadap pendekatan terstruktur dan rasional untuk pengambilan keputusan kelompok. Misalnya, pengambilan keputusan kelompok sastra telah dikritik dan untuk mengabaikan aspek sosial-emosional dan hubungan interaksi kelompok.

Sementara model dari proses partisipasi menegaskan Mengikuti kelanjutan efek PDM, penting untuk mempertimbangkan procecess ( proses ) bahwa
melalui PDM dapat menghasilkan hasil ( pengambilan keputusan ).
Model afektif partisipasi berdasarkan pada karya hubungan manusia teori s (lihat
Bagian 3). Model ini poposes bahwa PDM adalah praktek organisasi harus memenuhi kebutuhan karyawan tingkat tinggi

6. Pendekatan Dalam Pengambilan keputusan Organisasi
Organisasi , nonaka dan takeuchi (1995) berpendapat bahwa sistem sukses manajemen pengetahuan akan melakukan dua hal. pertama, sistem sukses akan memungkinkan individu-individu dalam organisasi untuk mengkonversi mereka diam-diam pengetahuan menjadi eksplisit tahu tepi yang dapat berbagi dan digunakan dalam pengambilan keputusan organisasi dan operasi, kedua, sukses sistem akan memungkinkan organisasi anggota untuk menemukan cara untuk membuat condifiedknowledge bermakna setelah itu telah diambil dari organisasi sistem, misalnya, pengetahuan manajemen mengenai layanan pelanggan di sebuah restoran akan melibatkan statistik tentang restoran opeations dan cerita-cerita dari pelayan tentang layanan pertemuan.




Iverson dan Mcphee (2002) berpendapat bahwa kebutuhan untuk kedua jenis pengetahuan telah menyebabkan dua pendekatan yang berbeda untuk proses manajemen pengetahuan.View melalui mana anggota organisasi dan kelompok membuat keputusan. kami pertama kali dianggap sebagai beberapa model procces membuat keputusan, tidak bahwa kebanyakan sarjana menolak gambaran ketat rasional pengambilan keputusan demi modelsthat mencakup intuisi dan komponen lainnya nonrational. Dalam hal ini terdapat 6 pendekatan  untuk komunikasi organisasi kami telah dibahas dalam buku ini. harus jelas bahwa model awal pengambilan keputusan kita dianggap memiliki akar mereka dalam pendekatan klasik komunikasi organisasi. rasional model pengambilan keputusan dan fase model kelompok kecil proccessing asumsikan bahwa keputusan yang ideal dapat membuat jika pengambil keputusan organisasi berhati-hati dalam mengikuti prosedur yang "benar".

Pendekatan untuk keputusan - proses pembuatan

-Pendekatan - bagaimana pengambilan keputusan akan dianggap

1. Klasik     : Pengambilan keputusan dianggap sebagai proses yang rasional dan logis. penekanan pada prosedur melalui keputusan pembuat dapat menjangkau. solusi optimal seefisien mungkin.

2. Hubungan manusia   : Parcitipation di procces pengambilan keputusan dianggap sebagai jalan untuk kepuasan dari kebutuhan pekerja tingkat tinggi (kebutuhan e.g.,esteem dan aktualisasi diri kebutuhan) puas pekerja akan menjadi lebih produktif.

3. Manusia resouces  : Paritipation dalam proses pengambilan keputusan dianggap sebagai jalan untuk eliciting informasi berharga dari karyawan dan jawab memastikan efektivitas pelaksanaan keputusan organisasi.

4. Sistem   : keputusan membuat dilihat sebagai procces kompleks yang melibatkan beberapa dan bervariasi tahap. baik informasi dan anggota organisasi yang dilihat sebagai bagian dari sistem manajemen pengetahuan.


5. Budaya  : pengambilan keputusan dipandang sebagai seperangkat praktek yang mencerminkan dan merupakan nilai-nilai organisasi dan asumsi. konflik dalam pengambilan keputusan dipandang sebagai mungkin indikasi dari nilai yang berbeda dalam organisasi subkultur.

6. kritis: pengambilan keputusan dipandang sebagai procces di mana manajemen dapat mengerahkan mengendalikan karyawan. Ketika parcitipate karyawan dalam pengambilan keputusan, mereka menerima premies keputusan organisasi dan berkontribusi hegemonik hubungan dalam organisasi.


Tradisi Teori Komunikasi menurut Little John



Pengertian Tradisi Teori Komunikasi Menurut Little John

1.       Tradisi Teori Sosiopsikologi

 “ Anda bukanlah sebuah kelompok. Melainkan bagian dari kajian Individu sebagai makhluk sosial yang merupakan Tujuan daro sosiopsikologi. Berasal dari kajian Psikologi Sosial. Tradisi ini memiliki tradisi yang kuat dalam komunikasi. Berfokus pada Perilaku Sosial Individu, variebel psikologis, efek individu, kepribadian dan sifat, persepsi serta kognisi. “

2.       Tradisi Teori Sibernetik

“ Tradisi Sistem-sistem yang didalamnya banyak orang saling berinteraksi, mempengaruhi satu sama lainnya. Menjelaskan bagaimana proses fisik, biologis, sosial dan perilaku bekerja. Komunikasi dipahami sebagai sistem bagian-bagian atau variabel yang saling mempengaruhi satu sama lainnya. Membentuk serta mengontrol karakter seluruh sistem dan layaknya organisme, menerima keseimbangan dan perubahan.

3.       Tradisi Teori Kritik

“ Pertanyaan-pertanyaan akan keistimewaan dan kekuatan dianggap penting dalam teori komunikasi dan merupakan tema dari tradisi kritik. Memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan/Ideologi yang mendominasi masyarakat dengan pandangan tertentu dimana minat-minat disajikan oleh struktur kekuatan tersebut. “

4.       Tradisi Teori Sosiokultural

“ Memiliki beragam sudut pandang yang berpengaruh : Paham interaksi simbolis, sosiolinguistik, filosofi bahasa, etnografi dan etnometologi, menekankan pentingnya observasi partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi hubungan sosial.

5.       Teori Tradisi Retorika

“ Seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato kemudian berkembang sampai meliputi proses adjusting Ideas to People and People to Ideas dalam pesan. Mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan sekitarnya serta konseptualisasi proses saat menentukan makna dari simbol. Melalui Interpretasi, respon terhadap fakta yang tidak mudah kita temukan pada apa yang telah ada. Menciptakannya melalui penafsiran dari kategori yang digunakan.

Manajemen Media


 
I.                  Manajemen Program Media TV
Manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengkoordinasian (leading), dan pengontrolan (controlling) sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, tak terkecuali oleh sebuah institusi media. Serangkaian aktivitas tersebut dikelola oleh sebuah sistem manajemen media.Manajemen media merupakan sebuah motor penggerak sebuah perusahaan media dalam usaha mencapai tujuan bersama melalui penyelenggaraan produksi media. Adapun tujuan utama sebuah perusahaan media. Menurut Picard, manajemen media berfokus pada bagaimana sebuah industri media mengalokasikan sumber daya yang ada untuk memproduksi konten yang informatif dan menghibur sehingga dapat memenuhi kebutuhan khalayak, pengiklan, dan institusi-institusi sosial lainnya.Terdapat 4 fungsi manajemen diantaranya

1.           Planning

    Dalam manajemen, Planning adalah proses mengidentifikasi dan menentukan tujuan serta arah tindakan yang tepat. Terdapat tiga tahapan dalam planning, yakni
I.)                 Menetapkan tujuan organisasi yang akan dicapai
II.)              Menentukan arah tindakan yang akan dilakukan untuk meraih tujuan organisasi
III.)           Menyusun cara untuk mengatur Sumber Daya Manusia dalam organisasi untuk mencapai tujuannya

    Apabila diterapkan dalam manajemen produksi program acara televisi, planning   termasuk dalam development, yakni proses dimana ide-ide dibangun dan disusun menjadi sebuah rancangan program, diteliti, dan direncanakan dalam bentuk audio visual atau dengan kata lain sebuah proses dimana treatment, budget, dan pitch direncanakan sedemikian rupa. Dalam manajemen produksi, planning merupakan proses yang sangat penting karena disinilah perencanaan dari semua proses produksi dibuat secara matang.


2.         Organizing

            Organizing merupakan proses pembentukan struktur hubungan kerja yang di dalamnya terjadi interaksi dan kerjasama antar anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tahap organizing meliputi pembentukan struktur serta pengelompokan bagian-bagian, pembagian tugas, dan pengelompokan pegawai sesuai dengan job description yang telah ditentukan. Tahap ini merupakan tahap pre-production dalam manajemen produksi program acara televisi dimana persiapan yang bersifat teknis dilakukan oleh tim kerja yang telah terbentuk. Pre-production merupakan proses dimana hasil perencanaan diaplikasikan dengan dilakukannya pemilihan lokasi dan talent, penulisan naskah, pembuatan storyboard dan jadwal produksi, serta pemilihan desain, properti, kostum, dan musik yang akan digunakan. Ide yang telah dikembangkan dalam proses development dituangkan ke dalam sebuah rundown program di dalam proses pre-production. Semua hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi dibahas dalam sebuah rapat produksi (production meeting) yang dihadiri oleh seluruh kerabat kerja tim produksi agar proses produksi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan rundown yang telah dibuat


3.         Leading

             Dalam manajemen, leading merupakan proses kegiatan pengaplikasian strategi yang telah direncanakan dalam tatanan struktur yang telah terbentuk. Kegiatan ini merupakan kegiatan production dalam manajemen produksi program acara televisi. Tahap production adalah proses ketika shooting dilaksanakan sesuai dengan rancangan jadwal produksi dan budget, bersama seorang director, presenter, talent, dan kru-kru teknis lainnya yang telah dipilih dan diatur dalam proses pre-production. Dalam proses ini, production manager merupakan penanggung jawab utama akan aktivitas-aktivitas shooting dari hari ke hari. Production manager bertugas untuk mengatur transportasi, akomodasi, konsumsi, kru yang terlibat, peralatan, perlengkapan, dan budget. Production manager bertanggung jawab langsung kepada produser dan bekerja sama dengan director. Selain itu, production manager juga bekerja sama dengan production assistant, lighting director, camera operator, sound recordist, gaffer, floor director, runner, dan kru-kru lainnya yang dibutuhkan. Program acara televisi dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, program acara siaran langsung (live) yang terdiri atas dua kategori yakni siaran langsung di dalam studio dan siaran langsung di luar studio. Kedua, program acara siaran tidak langsung (taping) yang harus melewati proses rekaman dan proses penyempurnaan (editing, mixing, dubbing, dsb.).

4.         Controlling

            Controlling adalah proses evaluasi dan pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga fungsi manajemen sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production dimana proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan. Dalam proses ini, pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut dengan off-line editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik disatukan sedemikian rupa. Setelah proses off-line editing selesai, dilakukan proses akhir yang disebut dengan online editing dimana efek dan sound mixing ditambahkan sehingga program dengan versi high-quality siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan pada program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada program yang ditayangkan secara langsung (live).  Controlling dalam Manajemen juga meliputi proses evaluasi dan pengoreksian penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Proses ini merupakan tahapan evaluasi atas tiga fungsi manajemen sebelumnya, yakni planning, organizing, dan leading. Dalam manajemen produksi, proses controlling ada pada tahap post-production dimana proses editing hasil produksi dan evaluasi dilaksanakan. Dalam proses ini, pertama-tama dilaksanakan sebuah proses awal yang disebut dengan off-line editing dimana rangkaian gambar, suara, dan musik disatukan sedemikian rupa. Setelah proses off-line editing selesai, dilakukan proses akhir yang disebut dengan online editing dimana efek dan sound mixing ditambahkan sehingga program dengan versi high-quality siap untuk ditayangkan. Tahap editing hanya dilakukan pada program-program yang bersifat rekaman (taping) dan tidak dilakukan pada program yang ditayangkan secara langsung (live).

II.               Bagan Manajemen Produksi Media Televisi

Direktur Utama
Direktur Keuangan        Direktur Marketing       Direktur Program      Direktur Teknik

Finance                                           Divisi Promo                   Divisi News   Divisi Produksi    Maintenance Support
Legal                                                                             Producer                  Tecnical Support
SDM                                                                      Program Director           IT Support
Accounting                                                                  Reporter                   Instalation S.
Asset                                                                           Cameraman                SNG
                                                                                         Editor
                                                                                      Audioman
                                                                                   Lightingman
                                                                                    Switcherman
                                                                                Art and Property
                                                                          Makeup and Wardrobe
                                                                                  Floor Director

A.    Dari alur produksi manajemen tersebut, dari divisi Redaksi News maupun Produksi langkah awal yakni produser bersama Tim Kreatif dan Produksi Assistance untuk Menentukan materi program, pengisi program, lokasi, properti, kostum, dan make-up, hingga menentukan  detail konsep bersama dengan output yakni Membuat script, rundown, dan storyboard Setelah itu Menentukan peralatan teknis meliputi kamera, lighting, audio, dan peralatan teknis lainnya. berdasarkan ide yang telah disepakati, kemudian Menentukan jadwal produksi. Kemudian tahap “ Produksi “ bersama Tim- Produksi Lapangan seperti PD , Reporter, Cameraman, Audioman, Lightingman, Switcherman, Art and Propertyman, Floor Director Serta Makeup and Wardrobe yang melakukan koordinasi dengan Produser dan Production Assistance saat tahap produksi berlangsung, Kemudian setelah pengambilan gambar, konten dibawa Production Assistance ke bagian Editing agar video disunting sedemikian rupa baik offline maupun online

·         Offline Editing yakni Output Video biasanya dengan resolusi rendah dan hasil editing dari Production Assistance masih dalam tahap preview kepada Produser.
·         Online Editing yakni Output Video kualitas terbaik yang merupakan tahap akhir dalam proses editing, yang siap ditayangkan.

·         KOORDINASI

-                    Selain melakukan rapat produksi dengan tim produksi yang meliputi producer, production assistant, video journalist, dan reporter yang menyangkut konsep acara, Koordinasi juga dilakukan Divisi Teknis yang mendukung seputar teknis di lokasi yang melibatkan Tcnical Support, IT Support, serta Instalation Support.

-                    Tim Produksi Saling koordinasi dengan divisi Programming,  Pada televisi terdapat Divisi yang menentukan slot tayang suatu program acara, secara teknis suatu bagian yang paling penting, ibaratnya  adalah jantung dari suatu televisi, karena apa yang dijual dan diberikan pada masyarakat adalah program.
Program yang disajikan tersebut  adalah ciri khas dan kualitas stasiun televisi.
Stasiun televisi swasta Indonesia sekarang ini memiliki strateginya tersendiri dalam menentukan   programming   acaranya.   Karena   setiap   stasiun   televisi   memiliki  caranya tersendiri dalam menentukan program unggulannya, selain itu juga setiap stasiun televisi swasta biasanya akan membaca tren yang sedang disukai masyarakat dalam mengatur penjadwalan programnya.

-                    Mereview kembali kebutuhan teknis produksi antara producer dengan production assistant.
Membuat treatment, budgeting, dan pitch yang dikoordinir Unit Produksi Manajer.
Melakukan brief-ing bersama seluruh tim produksi dan pengisi acara yang terlibat me-ngenai script pro-gram acara.

·         SHOOTING
(Live/Taping)

        Melakukan produksi program acara sesuai dengan script.

·         EVALUASI

        Producer dan tim produksi melakukan rapat evaluasi program bersama direktur utama mengenai rating dan share program

B.     Departement Programming pada media Televisi.

Pada divisi programming, tanggung jawab dalam cakupan berikut :
I.                   Orientasi Program.
II.                Kebijakan Program.
III.             Strategi Penyusunan Program.
IV.             Sumber Acara.
V.                Pola dan Format Acara.
VI.             Kontinuitas Acara.
VII.          Kualitas Acara.
VIII.       Pengembangan Program.

Tujuan utama divisi programming pada TV komersil adalah mengoptimalkan jumlah pemirsa dan memaksimalkan jumlah revenue. Tugas divisi programming juga meliputi :



1.      Akuisisi Program

Atau dapat diartikan pembelian program, baik dari dalam maupun luar negeri berbagai macam cara pembelian dapat dipilih seorang programmer yang bertugas mengakuisisi program, dengan tujuan pembelian melingkupi aspek kualitas dan komersil sebagai pemasukan untuk keuangan perusahaan televisi.

2.      Scheduling Program

Membuat jadwal penanyangan program dalam jangka waktu Mingguan – Bulanan -hingga Tahunan. Dengan mempertimbangan ketersediaan audiens berdasarkan “Rating and Share”, Daya Tarik, Pesaing, Peraturan Lembaga Negara, Peluang Komersial.

3.      Monitoring Program

Dengan menentukan program mana yang akan dikembangkan, diperbaiki, berpindah jam tayang atau bahkan harus mengganti program yang lama. Dalam mengawasi program ini, programmer melakukan penilaian dengan survey kuantitatif maupun kualitatif terhadap program tertentu.

4.      Developing Program

Programmer akan bekerja sama dengan divisi produksi atau pemberitaan yang membuat program. Dari menyarankan perbaikan dan penyempurnaan terhadap program. Tentunya saran ini berdasarkan survey yang telah dilakukan ditahap monitoring program.


I.                   Strategi Programming.

Menurut Head-Sterling (1982), menyatakan bahwa stasiun televisi memiliki sejumlah strategi dalam upaya menarik audien masuk ke stasiun sendiri (inflow) dan menahan audien yang sudah ada untuk tidak pindah saluran atau mencegah tidak terjadi aliran audien keluar (outflow), yaitu :

1.                                Head to Head
      Dalam hal ini, stasiun televisi mencoba menarik audien yang tengah menonton program televisi saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan menyajikan program yang sama dengan televisi saingan itu. Contohnya dalam jam yang sama, 2 stasiun televisi menayangkan program dengan format dan genre yang sama juga.
Kasus : RCTI Sinetron Anugerah Cinta vs SCTV Sinetron Pangeran 2 vs ANTV Sinetron Mohabbatein.

2.         Counter Programming  (Program Tandingan)
Strategi untuk merebut audien yang berada di stasiun saingan untuk pindah ke stasiun sendiri dengan cara menjadwalkan suatu program yang memiliki daya tarik berbeda untuk menarik audien yang belum terpenuhi kebutuhannya. Biasanya hal ini terjadi dalam satu grup perusahaan, sebagai contohnya adalah antara RCTI, Global TV dan MNC.
KASUS : TRANS TV Bioskop Transtv > Trans 7 OVJ > CNN Indonesia Prime News

3.         Bloking Program
Strategi bloking program adalah sama dengan konsep flow through Nielsen/Penonton yang mengalir di mana audien dipertahankan untuk tidak pindah saluran dengan menyajikan acara yang sejenis selama waktu siaran tertentu.



          Pendahuluan Kuat
Strategi untuk mendapatkan sebanyak mungkin audien dengan menyajikan program yang kuat pada permulaan segmen waktu siaran.

          Strategi Buaian
Startegi untuk membangun audien pada satu acara baru atau meningkatkan jumlah audien atas suatu program yang mulai mengalami penurunan popularitas. Caranya adalah dengan menempatkan acara bersangkutan di tengah-tengah di antara 2 program unggulan.

6           Penghalangan (stunting)
Strategi untuk merebut perhatian audien dengan cara melakukan perubahan jadwal program secara cepat.

7.                   Dayparting 
Satu langkah dalam perencanaan yang membagi setiap hari dalam beberapa slot waktu yang dinilai cocok dan pas untuk diudarakan. Program ini sangat mempertimbangkan target audiensi tertentu tertentu pada slot waktu tersebut

8.                   Stripping
Srategi untuk menjaga jumlah audien dengan menempatkan program yang sama pada slot waktu yang sama untuk hari berturut-turut. Contohnya adalah pola programming pada FTV SCTV yang ditempatkan pada waktu yang sama setiap harinya

9.                          Crossprogramming
       Pemilihan jenis program berikut dalam urutan jadwalnya dari penayangan satu program, yang mempunyai relevansi tema.

10.               Checkerboarding
Strategi untuk meraih jumlah audien dengan menempatkan program yang berbeda pada slot waktu yang sama setiap harinya, biasanya strategi ini digunakan untuk program-program yang tayang setelah jam prime time.


III.            Alur  Proses Produksi Produk TV dan Jurnalistik
Pada media instansi pertelevisian antara Program News dan Program Produksi       ( Inhouse ) memiliki divisi tersendiri dan kru masing-masing divisi, patut diketahui pengertian secara praktis divisi news atau bagaimana seorang jurnalis bekerja, yakni seorang jurnalis atau wartawan mengumpulkan  informasi atau berita (news processing) dan penyebarluaskannya melalui media TV. Kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik: Informasi, Penyusunan Informasi, Penyebarluasan Informasi, dan Media Massa. Dalam divisi News Program yang disajikan adalah dua bagian besar, yaitu:

1. Stainght news, yang terdiri dari :
    a. Matter of fact news
    b. Interpretative report
    c. Reportage



2. Feature news, yang terdiri dari :
    a. Human interest features
    b. Historical features
    c. Biographical and persomality features
    d. Travel features
    e. Scientifict features

 Sedangkan program divisi produksi ( In-house ) berformat ringan meliputi :

1.      Program Talk Show, berorientasi pada bidang kreatif terhadap satu topik tertentu maupun dengan permainan yang hasilnya dapat merebut perhatian masyarakat.
2.      Program Variety Show, berorientasi pada ragam hiburan yang terdiri dari berbagai pertunjukkan, yakni contohnya seperti memadukan pertunjukan musik dan komedi sketsa, biasanya diperkenalkan oleh pembawa acara atau host.
3.      Reality Show, berorientasi pada acara yang dikemas kehidupan sehari-hari serta pemain umumnya khalayak umum biasa, bukan pemeran, kemudian pencarian bakat, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, dan diangkatnya status seseorang dengan diberikan uang banyak, atau yang lainnya.
4.      Program Entertainment
-          Musik
-          Infotainment
-          Lawak

Tahap sajian produk TV dan Jurnalistik melewati 3 alur yakni :
      Pre-Production ( Pra Produksi )
      Production ( Produksi )
      Post- Production ( Paska Produksi )


A.)   Pre-Production ( Pra Produksi )
Pada prinsipnya proses ini meliputi proses penuangan ide (proposal) produk, perencanaan produk, perencanaan proses produksi, penyusunan dokumentasi, penyusunan tim, membangun prototipe, pengurusan hak cipta dan penendatangan kontrak dan pembiayaan. Pada tahap ini kru yang terlibat antara lain  Produser, Tim Kreatif, serta Production Assistance, yang mengumpulkan stock tema , memilih tema untuk di sepakati bersama , hingga memilih artist yang dibutuhkan untuk konten “standby artis  dan membuat script yaitu sebuah alur yang mengatur jalannya shooting . yang berisi setiap gimmick, dialog talent per segmen dan roll vt. mereka membuat script  dan mempresentasikan ke produser secara bergantian. 

Adapun gambaran alur Pra Produksi Yakni

1.      Concept Definition ( Konsep )
-          Title Goals ( Judul yang menyesuaikan sasaran pasar penonton ).
-          Audiens ( Menspesifikan segmentasi penonton )
-          Title Genre ( Menentukan Genre Judul ).
-          Marketing Requirement (
-          Budget Parameters
-          Schedule Requirement

2.      Design
-          Story/Content ( Menentukan Alur Cerita dan Isi Program )
-          Information Architecture ( Menentukan Rancangan Informasi Program )
-          Visual and Sound ( Menata tampilan gambar dan suara yang akan ditayangkan )
-          Technical ( Menentukan kebutuhan peralatan untuk kebutuhan shoting/produksi )
-          Interaction- Navigation

3.      Production Plan
-          Storyboard/Content Outline
-          Scheduling
-          Asset Management
-          Staffing

4.      Assemble Team
-          Producer
-          Creative Tim
-          Designer
-          Technical Designer
-          Art Director
-          Audio Producer
-          Writer and Editor
-          Graphics Artist
-          Cameraman
-          Programmers
-          Composer sound engineer
-          Content Specialist
-          Technical Assistant
-          Production Assistance

5.      Building Prototype
-          Brainstorming
-          Test out design direction


I.                   Manajemen Program Artistik.

Dalam Tata Artistik Televisi, terdapat divisi tersendiri yang menangani hal seputar sinematografi penataan Floor/Lokasi Shoting, Divisi ini merupakan bagian dari kru televisi, di beberapa stasiun televisi, Tata Artistik masuk ke dalam Departemen Artistik atau Art Departement. Di dalam departemen, Kru yang terlibat yakni: Unit Dekorasi, Unit Properti, Unit Grafika, serta Unit Tata Rias dan Busana. Namun di beberapa stasiun tv di Indonesia tidak selamanya seperti ini, misalnya unit grafika (grafis) di beberapa stasiun Televisi justru bertanggung jawab pada post production manager. Sebenarnya apa yang menjadi tanggung jawab seorang penata artistik adalah semua benda yang dilihat penonton saat menyaksikan sebuah film atau tayangan sebuah acara. Pembuatan set, atau setting dari sebuah adegan menjadi tanggung jawab penata artistik. Sedikit berbeda dengan penata artistik televisi, seorang art director dalam struktur perfilman, bekerja di bawah production designer secara langsung, dan di atas set designer serta berada dalam level yang sama dengan set decorator. Mereka bertanggung  jawab akan berbagai aspek administratif dalam art department, seperti pembagian tugas pada tiap personel, penyiapan budget dan scheduling dan juga mengatur dan menjaga quality control.

1.      Planning Meeting

Biasanya juga mereka bekerjasama dengan bagian yang lain, terutama bagian konstruksi, tak heran karena tugasnya dalam membuat set dari sebuah adegan. Tugasnya bisa dibagi dua yaitu, pre produksi dan saat produksi.
Dalam pertemuan perencanaan program televisi atau planning meeting, produser memaparkan konsep acara yang akan dibuat. Dalam hal ini produser didampingi oleh sutradara atau pengarah acara televisi. Atas penjelasan ini, penata artistk menguraikan rencana tata artistic untuk mendukung acara tersebut, uraian ini dipaparkan dalam bentuk floor plan ( Rencana lapangan ). Berikutnya, masing-masing departemen mempelajari hal yang harus disiapkan. Kebutuhan set dekorasi, property,serta grafika adalah hal-hal yang sangat diperhitungkan secara detail oleh penata artistik.

  • Melakukan bedah skenario. Ini untuk mengetahui semua set yang diperlukan untuk semua adegan yang termasuk dalam sebuah film, Jadi setiap adegan, setiap percakapan yang mengaitkan pada sebuah keadaan (misal berbicara di sebuah bandara udara), maka art director harus mulai membuat list set apa saja yang diperlukan.
  • Merinci apa saja yang dibutuhkan. Jika sudah tahu set apa saja yang dibutuhkan dalam membuat sebuah film, maka penata artistik sudah dapat memulai membuat checklist benda-benda apa saja yang dibutuhkan. Tak hanya properti yang kecil sebagai pemanis dari sebuah ruangan, namun juga set panggung misalnya atau apa saja yang membutuhkan konstruksi, di sini jika merupakan produksi besar, art director bisa bekerja sama dengan bagain konstruksi. Bahkan di beberapa produksi film, make up sampai wardrobe bisa menjadi salah satu tanggung jawab seorang art director untuk menyiapkannya. Misalnya saja, setting dari sebuah adegan adalah di tahun 1942 saat perang dunia kedua masih berkecamuk, seorang penata artistik harus dapat mencari properti benda-benda yang mewakili tahun tersebut sampai ke pakaian yang akan dikenakan oleh tokoh-tokohnya.

·         Merinci budget yang dibutuhkan. Tentu saja setelah merinci apa saja yang dibutuhkan, ia juga perlu merinci bujet yang harus dikeluarkan, jika memang budget terbatas, maka dengan sendirinya penata artistik harus pintar-pintar membagi budget sesuai kebutuhan. Semakin seorang penata artistik pandai membuat set yang sesuai dengan aslinya dengan budget yang standar, maka namanya pun akan semakin dikenal

2.      Production Meeting
Dalam pertemuan ini, pengarah acara bertindak memimpin acara meeting produksi. Masing-masing penangung jawab tim memaparkan tugas yang akan dilakukan secara lengkap, ini penting agar departemen lainnya juga memahami konsep acara secara keseluruhan. Dalam meeting produksi, penata artistik sudah harus mengajukan anggaran yang diperlukan dalam tata artistik.  

Dan ketika Film telah dimulai pembuatannya, maka tiap scene pun art director perlu ada dan berada di dekat sutradara untuk memastikan gambar yang diambil sesuai dengan yang diharapkan, sesuai dengan skenario dan dalam tampakkan gambarnya pun terlihat nyata. Bisa saja penata artistik ikut terlibat langsung, misalnya saja membetulkan letak set atau properti yang dirasa tak pas di adegan yang dimaksud. Kegiatan ini terus diikuti oleh art director, mulai dari bongkar pasang set, sampai ke penataan set sepanjang pengambilan gambar masih berlangsung.


3.      Technical Meeting
Ini merupakan pertemuan terakhir, dimana masalah teknis dibahas. Segala kebutuhan produksi harus selesai dilakukan alias segala sesuatunya siap. Terutama dengan acuan Wish List/Script yang dibuat oleh Tim Penata Artistik yang tentunya sesuai dengan Script dan Rundown Program dari Produser.


B.)   Production ( Produksi )
Proses Produksi dalam Pertelevisian dan Jurnalistik merupakan sebuah sistem, artinya antara komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kegagalan pada salah satu proses akan menyebabkan sulitnya membuat film yang pesannya sampai pada audiens dan mempunyai kesinambungan yang utuh. Proses produksi yang dimulai dari adanya suatu ide dari pra produksi , yang kemudian dikembangkan dalam bentuk script, rundown dan akhirnya di visualisasikan menjadi sebuah bentuk film yang kemudian harus di evaluasi untuk mengetahui mutu dari film tersebut melibatkan orang – orang yang kompeten di bidangnya, berdedikasi tinggi dan mempunyai kemampuan untuk bekerjasama dalam tim yang baik. sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim atau crew pelaksana, serta support film dan deskripsi kerjanya masing-masing.
 Adapun tim tersebut dapat terdiri atas :

1.Campers

                   Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting. Seorang Kamerawan diberikan pengarahan oleh Sutradara ( Floor ) dan Program Director                     ( Control Room ) tentang rencana visual yang akan dibuat ( Blocking Camera ). Secara sistematis rencana dibuat dalam Breakdown Script. Beda halnya Pada acara berita televisi, Kamerawan bersama reporter membuat shot list untuk panduan visual, shot apa saja yang dibutuhkan kepentingan berita.Sedangkan pada program Talk Show terdapat 6 kamera dalam standar pertelevisian dan salah satunya terdapat jimmy jib. Kameraman dalam mengambil gambar dikomandani oleh Program Director di control room. Dalam produksi, kamera adalah alat utama yang dioperasikan oleh Kamerawan, Panduan seorang kamerawan dalam pengambilan gambar yakni “ shooting script “ serta “ director treatment”.  Pada produksi single camera, sebelum melakukan pengambilan gambar, sutradara meminta Kamerawan membuat komposisi dan angle tertentu. Pada Multi camera, Program Director pun turut meminta komposisi dan angle saat pengambilan gambar berlangsung. Sebelum shoting seorang kamerawan mempersiapkan peralatan shooting termasuk peralatan kamera dan pendukungnya yang telah dipersiapkan bagian teknisi. Dan tugas Kamerawan juga  ikut mengecek secara keseluruhan untuk memastikan kamera serta pendukung lainnya dapat bekerja dengan baik.

2.Lighting

            Bertugas menentukan intensitas cahaya yang masuk tugas utamanya adalah sebagai penata cahaya. Lightingman mempunyai peranan yang sangat besar karena kualitas gambar setiap shot akan menjadi semakin baik jika cahaya yang di gunakan tertata dengan baik.
                         
3.Audio  

 Bertugas mengatur perimbangan suara dari berbagai sumber,antara lain melakukan set up mikrofon , musik / backsound dan lain sebagainya.,

4.CCU ( Control Camera Unit )          
 Bertugas mengoperasikan VTR , VTR adalah peralatan yang terdiri dari sistem elektronik dan mekanik yang  digunakan untuk merekam (record) dan memutar (play back) sinyal gambar (video) serta sinyal suara (audio) , dengan media penyimpanan/perekamannya adalah pita magnetik. Selain kedua sinyal tadi juga terekam sinyal kontrol CTL (Control Track Line) dan sinyal address TC (Time Code), sehingga kita dapat mengetahui posisi suatu gambar dan audio pada kaset (tape) berdasarkan time code-nya. White Balance : Prosedur untuk mengkoreksi warna gambar dari kamera dengan mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum cahaya. Umumnya prosedur ini menggunakan cahaya putih sebagai dasar.
 5.Program Director   
 Bertanggung jawab secara teknis pelaksanaan produksi program,  Tugasnya antara lain : Melakukan bloking kamera bersama P.A, Melakukan analisis script/scenario /rundown berdasarkan konsep/ ide yang telah disepakati , Memandu jalannya program bersama FD Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan produksi Program Acara
6.Floor Director        
 Seorang Pengarah lapangan  / Bertugas sebagai penghubung dalam menyampaikan pesan- pesan dari  Program Director dan Master Control Room , hingga produser saat kesalahan teknis untuk memberi tanda melanjutkan atau memberhentikan gimmick talent.
7.BuilderMan
Bertanggung jawab atas pemasangan semua alat yang berada dalam set. Berkoordinasi dengan kru “vendor” atau yang memasang panggung suatu set. 
8.IT                
                  Mendukung jalannya shoting yang berkaitan dengan hardware ,bertanggung jawab atas :
·                                   Monitoring Hardware

       Ketika produksi telah berlangsung, seorang IT support memantau perkembangan untuk kelancaran hardware yang sedang working ( berjalan ).


·                        Hardware Trouble

               Bertanggung jawab atas permasalahan seperti troubleshooting pada hardware dan software.


·             SPMB ( Surat Peminjaman Hardware )

Membuat draft surat peminjaman ke library/storecamp atas hardware dan software yang akan digunakan untuk shooting.

·             Laporan

 Untuk sebagian Staff IT membuat laporan mingguan mengenai kerusakan, maintenance, dan juga stok dari perlengkapan IT untuk kantor atau perusahaan.

9.Make-up    
             Bertugas me-make up artist.

10.Wardrobe  
 Bertugas menyediakan aksesoris pendukung kostum bagi talent. M.E ( Mechanical   Electronical ) : ,TP , TS ( Technical support )
11. Agent
            Seorang yang dipekerjakan oleh agensi atau serikat pekerja untuk mewakili keanggotaan mereka dalam bernegosiasi kontrak individual termasuk gaji, kondisi kerja, penyalur talent para aktor dan aktris sesuai dengan script.
12. Ast. Director
            Seorang asisten sutradara film yang bertanggung jawab atas administrasi sehingga departement produksi mengetahui perkembangan terbaru progres jalannya suatu program. Juga bertugas “standby artist” atas ketersediaannya atau tidak.
           
C.)              Post Production ( Paska Produksi )
Dalam tahap Post production , ini merupakan tahap eksekusi dari rangkaian produksi , yang meliputi mengeditan gambar, penambahan title, grafik, animasi & special effects, musik, sound effects, audio dubing, & output ke media video seperti: Betacam, DVCAM, MiniDV, & CD/DVD. Pada format program tapping, video hasil produksi dikirim P.A ke bagian Editing untuk penyuntingan terakhir.
Akan tetapi jika format program Live semua dibawah kendali Master Control Room (MCR) Televisi atau disebut juga ruang kendali siaran televise yang  merupakan ruangan yang berisikan perangkat teknis utama penyiaran dalam mengontrol segala proses siaran stasiun televisi. MCR menjadi pusat dari segala kegiatan produksi siaran yang ada di stasiun penyiaran televisi. MCR sangat penting karena semua materi siaran baik acara secara langsung (live) maupun rekaman di studio, atau kejadian yang langsung dari suatu lokasi di luar studio melalui OB Van atau mobil siaran, harus melalui MCR terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipancarkan ke satelit. Materi siaran berupa iklan, logo stasiun televisi, program-program acara, running text dan sebagainya, semuanya telah disiapkan di MCR untuk ditayangkan.
Bagian penyiaran atau broadcasting merupakan ujung dari produksi materi siaran seperti program acara, iklan, dan sebagainya. MCR menjadi pusat kegiatan penyiaran, meliputi pengoperasian peralatan siaran televisi dan hal-hal non-teknis seperti pengaturan waktu tayang. Beberapa stasiun televisi menempatkan bagian penyiaran menjadi satu departemen tersendiri yang umum dikenal dengan Departement On Air Broadcast. Dalam departemen ini, terdapat bagian teknis (meliputi Master Control dan video tape recording (VTR) On Air), bagian non-teknis (meliputi traffic log dan presentasi). Seluruh materi siaran akan melalui MCR dan kemudian menuju perangkat uplink untuk ditransmisikan melalui satelit dan ke stasiun relay di seluruh Indonesia.

IV.           Tahap Produksi Redaksi Berita
Pada divisi pemberitaan, secara umum organisasi pelaksana produksi terdiri dari direktur pemberitaan, produser, asisten produser, koordinator liputan, kameramen, editor, pengarah program dan penyiar berita. Kemudian dalam Bagan Manajemen Media divisi news meliputi:
1.        Pemimpin Redaksi

        Bertanggung jawab terhadap mekanisme dan aktivitas kerja keredaksian dan jajaran keredaksian kebawahnya. Menindaklanjuti kebijakan Pemimpin Umum untuk mengangkat dan memberhentikan personalnya dengan menempatkan wakil Pemimpin Redaksi, Sekretaris Redaksi, Redaktur Pelaksana, Koordinator Wartawan / Liputan, para Redaktur photografer, Koresponden dan Kontributor dalam keredaksian dapat pula menentukan tulisan / berita, Tajuk Rencana, Sorotan, Berita Utama dan Headline serta Dead Line dst.   Melakukan koordinasi dengan Pemimpin Umum dan Pemimpin Perusahaan dan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris Redaksi, Redaktur Pelaksana, dan Koordinator Wartawan / Liputan.






2.       Dewan Redaksi
                Dewan Redaksi beranggotakan Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana   dan orang-orang yang berkompeten yang dipandang penting oleh Redaksi. Dalam melaksanakan tugasnya Dewan Redaksi adalah melaksanakan sidang redaksi untuk menentukan objek naskah pemberitaan dimana didalamnyayang menyangkut masalah hukum, politik, budaya dan agama (SARA).   Melakukan kerjsama dengan Redaktur Pelaksana dan Koordinator Wartawan serta menindaklanjuti kebijakan Pemimpin Umum.

3.       Redaktur Pelaksana
            Redaktur Pelaksana adalah kepanjangan dari Pemimpin Redaksi dibidang keredaksian dalam melaksanakan tugasnya Redaktur Pelaksana bertanggung Jawab terhadap siklus naskah pemberitaan dari sejumlah wartawan serta biro-biro di daerah.  Melakukan tugas editing, korektor rehabilitat dan reform naskah yang selanjutnya melaporkan kepada Pemimpin Redaksi yang selanjutnya dibawa rapat Dewan Redaksi.

4.      Sekretaris Redaksi
           Berfungsi sebagai Bank Naskah oleh karena itu Sekretaris Redaksi dalam melaksanakan  tugasnya adalah menginventarisir naskah-naskah berita yang masuk, mencatat naskah baru dan lama dari para wartawan kemudian melaporkan kepada Pemimpin Redaksi. Bertanggung jawab kepada Pemimpin Redaksi Melakukan koordinasi dengan Koordinator Wartawan / Liputan untuk mengantisipasi jumlah naskah yang ada.

5.      Redaktur

 Bagian yang mempunyai wewenang mengurus/mengoreksi keredaksian, bahasa, politik, hukum, budaya dan agama. Redaktur (editor) bekerja untuk penyelesaian akhir naskah untuk dicetak. Dalam tugasnya berhak mengedit naskah, reform naskah, perbaikan naskah.

6.      Koordinator Liputan / Wartawan
Bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para peliput / wartawan membagi tugas dalam  peliputan agar tidak terjadi overlap dilapangan. Merekomendasikan kepada Pemimpin Redaksi dalam merekrut para wartawan atau sebaliknya menonaktifkan anggota wartawan yang dalam melaksanakan tugasnya dilapangan melakukan tindak kejahatan pers.
7.      Staf Redaksi
Sekelompok orang yang bertugas membantu para Redaktur dalam melakukan edit koreksi tentang naskah berita yang telah direform dan bertanggung jawab kepada Redaktur yang ada. Memberikan masukan-masukan tentang bentuk tulisan yang baik dan benar.
8.      Reporter (Wartawan)

 Merupakan anggota dilapangan untuk mencari berita / meliput, membuat, menyusun berita untuk dikirim ke Redaksi. Mencari berita orang ternama atau orang yang sifatnya digemari publik. Mencari dan melaporkan semua peristiwa penting dalam kancah opinium publik adalah tanggung jawab profesional wartawan.



Daftar Pustaka

Ricky W. Griffin,Manajemen, alih bahasa Gina Gania;editor Wisnu Candra Kristiaji
(Jakarta : Erlangga, 2004)

Husaini usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, edisi 3 (Jakarta : BumiAksara, 2011),

Fred, Wibowo. (2007). Teknik Produksi Program Televisi.Jogjakarta: Pinus Book
Publisher.